TEMPO.CO, Makasar - Menjelang Natal dan Tahun Baru 2017, Kepolisian Resor Kota Besar Makasar mengantisipasi sejumlah titik yang dianggap rawan. Sebanyak 14 dari 155 gereja di Makasar akan mendapatkan prioritas pengamanan.
Kepala Bagian Operasi Polrestabes Makasar, Ajun Komisaris Besar Polisi Syamsu Ridwan mengatakan, tempat yang dianggap rawan adalah gereja, mall, pusat perbelanjaan, dan tempat hiburan. "Yang jelas tempat massa berkumpul itu menjadi prioritas kami," kata Syamsu setelah rapat koordinasi operasi Lilin 2016 di Poltabes Makasar, Rabu, 21 Desember 2016.
Dari 155 gereja di Makasar, terdapat 14 gereja yang menjadi prioritas pengamanan. Termasuk dalam ke-14 gereja itu, adalah Gereja Paroki Asisi (Jalan Hertasning), Bethany (Jalan Gunung Latimojong), Mangngamaseang (Tello), Jemaat Masale (Adhyaksa), Kare (Jalan Perintis), Immanuel, Catedral, dan Balla Tamalanrea.
Personel yang akan diturunkan untuk pengamanan Natal dan Tahun Baru sekitar 700 personel dari kepolisian. "Gereja prioritas itu dijaga 12 kepolisian dan 6 dari TNI. Kami juga turunkan satu unit tim penjinak bom Sulsel sesuai permintaan pihak gereja untuk sterilisasi," tutur dia.
Pemilihan gereja yang menjadi prioritas pengamanan ini didasarkan pada jumlah jemaatnya. Selain itu, dia menambahkan, juga gereja yang memiliki sejarah pernah mendapat ancaman bom atau pelembaran bom molotov.
Syamsu juga mengimbau kepada pengurus gereja atau jemaat agar membawa kitab saja saat akan beribadah. Hal ini, kata dia, untuk menimimalisir agar tidak ada orang yang ingin mengacau ibadah umat kristen. "Ini juga memudahkan kita mendeteksi ancaman di gereja," imbuhnya.
Ia pun berharap tidak muncul isu intoleransi, yang bisa membuat masyarakat terpancing. "Tapi selama ini masyarakat kita saling menghargai antara suku, adat dan agama," tuturnya. "Meskipun ada kelompok di Makassar yang diduga ingin mengganggu suasana Natal, tapi kami tak akan tolerir."
Dia juga mengimbau ormas-ormas agar tidak melakukan sweeping, karena itu tugas kepolisian. "Seusai surat edaran Kapolri tindak tegas ormas yang sweeping karena itu tugas kepolisian," kata dia.
Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama Sulawesi Selatan Yongris mengungkapkan tantangan masyarakat ke depan adalah bagaimana agar spirit keberagaman tinggi. "Tetapi harus disertai dengan pemahaman agama yang komprehensif. Kan apa gunanya kalau agama tinggi jika tidak disertai ilmu," ujarnya.
Yongris menambahkan, hubungan dari sisi biologis antara sesama manusia dan alam juga harus semakin ditingkatkan. "Kami yakin dengan begini maka bisa meminimalisir adanya intelorir," tuturnya.
Ia menyampaikan, ada dua cara yang dilakukan kepolisian sebagai langkah preventif, yaitu melalui tokoh agama, petugas keamanan. "Jadi aparat hukum tugasnya tegakan hukum dan mubaligh tegakkan imam," kata dia. "Tapi kita bersyukur dua bulan terakhir kondisi Makassar cukup kondusif, semoga bisa bertahan terus."
DIDIT HARIYADI
Baca juga:
Densus 88 Sergap Seorang Terduga Teroris di Deli Serdang
Soal Koordinasi Fatwa, MUI Sayangkan Komentar Wiranto