TEMPO.CO, Mojokerto - Warga Desa Kembangbelor, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sempat digegerkan dengan keberadaan sejumlah nisan makam yang diberi nama dan tanggal lahir calon penghuni makam. Nisan-nisan itu sempat ditanam dalam bidang tanah seluas sekitar 400 meter persegi di kawasan Bukit Jubel yang berada di lereng Gunung Arjuno. Nisan-nisan itu hanya ditanam dan tidak ada jenazah yang dimakamkan. Tak heran keberadaan nisan-nisan tersebut memunculkan isu makam fiktif.
Lokasi bidang tanah yang ditanam nisan itu berada sekitar 300 meter dengan sebuah panti asuhan anak yatim piatu yang disebut Villa Durian “Doa Yatim Sejahtera” yang berada di bawah bukit. “Kami sempat bertanya-tanya itu makam atau bukan karena hanya ditanam nisannya tanpa ada jenazahnya,” kata pengasuh panti, Mukiddin, Selasa, 20 Desember 2016.
Namun nisan-nisan yang ditanam itu sudah dicabut sekitar dua minggu lalu. Di bekas bidang tanah yang ditanam nisan kini digali dan dibangun lubang atau liang lahat untuk makam. Sudah ada lima lubang atau liang lahat berbentuk persegi panjang yang ditembok dengan batu bata dan semen di semua sisinya baik samping dan bawah. Sementara nisan-nisan yang sudah dicabut diletakkan di pinggir lahan.
Selain lima lubang atau liang lahat yang belum terisi jenazah, sudah ada satu makam berisi jenazah atas nama Muhasan, warga Surabaya, yang meninggal dunia dan dimakamkan malam hari tanggal 9 November 2016. Keberadaan makam ini meresahkan pengasuh panti asuhan dan anak-anak yatim penghuni panti.
“Sebab saat pemakaman jenazah tanggal 9 November malam, ambulan yang membawa jenazah parkir di depan panti dan jenazahnya diangkat menuju bukit. Anak-anak yang tahu ketakutan dan sekarang trauma,” kata Mukiddin. Ia berharap ada relokasi lahan yang dijadikan tempat pemakaman pribadi tersebut. “Kalau bisa direlokasi."
Camat Pacet Norman Handhito membantah ada makam fiktif di tempat tersebut. Menurutnya, lahan yang dijadikan tempat pemakaman tersebut merupakan milik pribadi warga Surabaya, Sofyan. Sejak 1995, Sofyan adalah orang ketiga pemilik lahan yang dibelinya dari warga setempat. Sofyan dan sejumlah orang yang tergabung dalam sebuah majelis pengajian di Surabaya, menurut Norman, memang sepakat menjadikan lahan tersebut sebagai tempat pemakaman pribadi. “Sudah izin dan memberitahu pihak desa dan RT,” kata Norman saat meninjau lokasi makam.
Norman menuturkan, Sofyan dan beberapa orang lainnya juga membeli tanah petak atau tanah kavling seluas sekitar 2.500 meter persegi di dekat tanah yang dijadikan makam. “Jadi ada dua bidang tanah, yang satunya untuk pemakaman,” katanya. Menurut dia, keberadaan makam pribadi tersebut tidak masalah.
Terkait nisan-nisan tanpa jenazah yang sempat ditanam di lahan tersebut, Norman melanjutkan, itu sengaja dipasang oleh jemaah pengajian yang diikuti Sofyan untuk terapi mental. “Untuk mengingatkan anggota jemaah bahwa besok mereka akan dimakamkan di sini,” kata Norman.
ISHOMUDDIN