TEMPO.CO, Subang - Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Subang, Jawa Barat, mengembangkan kesenian dan kebudayaan etnik serta desa wisata untuk menggaet para pelancong dalam dan luar negeri.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Subang Hidayat mengatakan salah satu upaya menggaet para pelancong atau turis adalah menggelar perhelatan kreasi seni-buaya Festival Alim Paido 2016 di alun-alun Kecamatan Serangpanjang, Subang. "Selain merawat seni-budaya warisan nenek moyang, juga dimaksudkan menggaet turis lokal, regional, nasional, dan mancanegara," katanya kepada Tempo di sela-sela festival, Ahad, 18 Desember 2016.
Hidayat mengaku menangkap sinyal positif di bidang pariwisata. Menurut dia, belakangan ini wisatawan atau turis asing mulai banyak mencari destinasi wisata etnik. Tak terkecuali para turis asing yang berkunjung ke Indonesia. "Kesempatan emas itu yang ingin kami manfaatkan," ujar Hidayat.
Festival Alim Paido 2016—yang dalam bahasa Indonesia artinya tak mau disalahkan—menyuguhkan beragam seni-budaya etnik, di antaranya permainan tradisional seperti egrang, jalan batok, sered upih (seret pelapah pinang), engkle atau sondah, sorodot gaplok, perepet jengkol, gatrik, adu gasing, sumpit, dan bedil jepret.
Pada tahap awal, perhelatan seni-budaya etnik tersebut melibatkan 300 murid sekolah dasar dari tujuh kecamatan yang masih kuat mempertahankan permainan tradisional di desanya tersebut. "Dalam perhelatan Alim Paido 2017, kami akan melibatkan para siswa SMP dan SMA sederajat agar lebih membumi," tutur Hidayat.
Ia pun menyebutkan lokasi desa wisata di Subang, yang juga dipastikan memberikan kesan menarik buat para pelancong yang mengunjunginya. Desa-desa wisata tersebut adalah Cibeusi, Cisaat, Bunihayu, Cibuluh, Cirangkong, dan Desa Sarireja.
Perhelatan pertama Alim Paido 2016 dinilai berhasil karena disaksikan ribuan pelancong lokal dan regional. "Kami enggak menyangka antusiasme penonton begitu besar," ucap Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Subang Yatien.
Seorang pelancong asal Bandung, Erlan, mengaku datang ke festival ini untuk bernostalgia. "Kami sengaja datang ke acara Alim Paido, selain ingin bernostalgia dengan permainan masa kecil, juga ingin memperkenalkan anak-anak kami pada kesenian dan kebudayaan tradisional nenek moyangnya," ujarnya.
Menurut Erlan, menyaksikan suguhan wisata etnik ternyata sangat mengasyikkan dan bisa menerawang kehidupan masa kanak-kanak. "Pokoknya surprise-lah," katanya.
NANANG SUTISNA