TEMPO.CO, Jakarta – Kamis pagi, 15 Desember 2016, ada yang tak biasa di Kampung Padasuka, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Rombongan iring-iringan mobil masuk wilayah itu. "Dikira rombongan nikahan," kata Asep, salah seorang warga yang menyaksikan kedatangan rombongan itu.
Ini bukan rombongan biasa. Mobil-mobil itu membawa anggota Densus 88 yang akan menangkap HG dan TS. Pasangan suami-istri ini tinggal di sebuah kontrakan di kampung itu.
Menurut Asep, satu per satu orang berpakaian sipil turun dari mobil, lalu masuk ke rumah yang dikontrak satu keluarga yang terdiri dari suami-istri dan satu anak. Mereka lalu membawa tiga orang yang tinggal dalam rumah tersebut ke salah satu mobil, kemudian pergi meninggalkan kampung tersebut.
Asep mengungkapkan, suami-istri dan satu anak itu sudah lama tinggal di rumah kontrakan. Bahkan sang istri membuka usaha pengobatan alternatif, seperti bekam, sedangkan suaminya tidak bekerja. "Dulu, suaminya kerja di pabrik kayu, sekarang tidak," katanya.
Wakil Kepala Polres Tasikmalaya Kota Komisaris Zainal Abidin membenarkan ada tiga orang yang merupakan satu keluarga yang terdiri dari suami-istri dan satu anak dibawa Densus 88.
Kedatangan tim Densus 88 itu terkait dengan pengembangan kasus teroris di Bekasi. Sabtu, 10 Desember 2016, Densus 88 menangkap tiga tersangka terorisme di Bekasi. Setelah itu, polisi menangkap anggota kelompok ini di Solo dan Ngawi.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar mengatakan, sejauh ini, Densus 88 telah meringkus 11 orang terduga teroris jaringan Nur Solihin yang ditangkap di Bekasi. Kelompok ini, menurut Boy Rafli, berbaiat ke ISIS.
"Ada 11 orang yang diamankan dan mereka teridentifikasi satu jaringan," kata Boy Rafli di Mabes Polri, Jakarta. Dalam kelompok ini, termasuk Dian Yulia Novi, berencana melakukan bom bunuh diri saat Paspampres menggelar upacara pergantian pasukan di Istana Presiden, Minggu, 11 Desember 2016.
ANTARA