TEMPO.CO, Kupang - Sebanyak 130 orang masih bertahan di satu rumah warga di Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur, karena khawatir menjadi sasaran amuk massa. Mereka terkena imbas kasus Irwansyah, yang menyerang dan menikam tujuh siswa Sekolah Dasar Negeri I Sabu Barat.
"Ada sekitar 130 orang masih di Pulau Sabu. Mereka ketakutan dan berkumpul di rumah Pak Dahlan, warga setempat," kata Gubernur NTT Frans Lebu Raya, Kamis, 15 Desember 2016.
Menurut Frans, ulah Irwansyah yang melakukan tindak kriminal berimbas kepada warga lain yang kebetulan berasal dari Depok, Jawa Barat. Kasus penikaman itu menimbulkan amarah penduduk setempat. "Mereka minta dipulangkan ke Jawa. Saya larang karena kami jamin keamanan mereka. Mereka bisa bekerja kembali seperti biasa," ujar Frans.
Baca: Pelaku Penikaman 7 Siswa SD Tewas Dianiaya Warga yang Marah
Gubernur mengimbau kepada pengurus RT/RW untuk mengecek warga baru yang berada di wilayah mereka sehingga diketahui maksud dan tujuannya. "Tamu wajib lapor 1 x 24 jam. Itu hukumnya," tutur Frans sembari menambahkan bahwa perusuh biasanya membuat kacau saat momentum Natal dan tahun baru.
Frans menambahkan, kasus penyerangan yang dilakukan Irwansyah tidak terkait dengan kelompok radikal dan isu SARA. "Ini murni tindak pidana yang hanya dilakukan oleh satu orang atau pelakunya tunggal," katanya.
Di Sabu, Irwansyah diketahui sedang mencari pekerjaan. Ia mencoba melamar ke sejumlah sekolah untuk menjadi guru. "Namun tidak ada yang menerima. Salah satu alasannya karena memang belum ada sekolah yang membutuhkan guru baru," ujar Frans.
Frans juga mengimbau kepada warga agar tidak menyalahgunakan media sosial dengan menyebarkan informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan sehingga memicu kemarahan orang lain. "Silakan berikan informasi kepada siapa pun, tapi harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan."
YOHANES SEO