TEMPO.CO, Surabaya - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Timur Sudarmawan mengatakan sepanjang 2016 terjadi sebanyak 213 bencana banjir dan 273 longsor di wilayah tersebut. Menurut dia ada peningkatan jumlah kejadian dibandingkan dari tahun sebelumnya seiring perubahan cuaca pada 2016.
"Daerah terdampak berada dua daerah aliran sungai (DAS) terbesar di Jawa Timur, yakni Bengawan Solo dan Brantas," katanya ketika dihubungi Tempo, Sabtu, 10 Desember 2016.
Menurut Sudarmawan ada 50 kejadian banjir di wilayah Bengawan Solo. Sedangkan di wilayah Brantas 97 kejadian. "Tahun ini lebih sering hujan, padahal Juli sampai Oktober biasanya musim kemarau," katanya.
Pada 2016, kata dia, ada 640 desa rentan bencana dari total 8.505 desa/kelurahan yang tersebar di 664 Kecamatan di Jawa Timur. Catatan itu belum termasuk banjir di Kabupaten Sidoarjo yang meluas ke beberapa desa pada awal Oktober 2016.
Sudarmawan menjelaskan ada empat faktor penyebab banjir di Jawa Timur. Pertama karena pengaruh iklim La Nina yang menyebabkan curah hujan lebat dengan intensitas tinggi.
Kedua, beberapa tanggul sungai di Jawa Timur jebol dan merembes karena tak mampu menahan luapan air. Faktor ketiga, karena daya tampung sungai yang tidak memadai dan beberapa di antaranya ternyata tidak bertanggul sehingga meluap. "Contohnya sungai tak bertanggul yaitu sungai yang berada di DAS Bengawan Solo wilayah Tuban," katanya.
Sedangkan faktor keempat adalah terjadinya peningkatan pasang surut air laut. Menurutnya, beberapa permasalahan yang masih terjadi. Terutama alih fungsi penggunaan bantaran dan sempadan sungai sebagai tempat hunian yang menurutnya terus meningkat.
EDWIN FAJERIAL