TEMPO.CO, Kediri – Lokalisasi Semampir, Kediri, mencekam. Ratusan warga mempersenjatai diri dengan bambu runcing untuk menghadang aparat yang akan mengosongkan lokalisasi hari ini, Sabtu, 10 Desember 2016. Sejak pagi, ratusan warga, dari pria dewasa, ibu-ibu, hingga anak-anak, berkumpul di pertigaan jalan menuju permukiman lokalisasi Semampir.
Puluhan bambu runcing yang dicat merah pada ujungnya berjajar di samping mereka sebagai alat melawan aparat. Selain itu, botol minuman kaca yang dibuat bom molotov disiapkan cukup banyak. “Mari kita pertahankan tanah kita sampai tetes darah penghabisan,” kata Agus Yanto, yang mengaku koordinator aksi dalam orasinya, di lokasi penggusuran Sabtu, 10 Desember 2016.
Teriakan dan yel-yel perlawanan terus berkumandang diiringi Kebyar-kebyar ciptaan Gombloh. Seluruh penduduk meninggalkan rumah dan berkumpul di jalan. Para pekerja seks dan warga bergabung mempertahankan tanah yang telah dihuni puluhan tahun. Mereka adalah warga RW 5 Kelurahan Semampir yang menolak digusur Pemerintah Kota Kediri karena akan dijadikan obyek lahan hijau.
Warga menolak digusur dengan dalih sudah tidak terjadi aktivitas prostitusi di tempat mereka. Hal ini dikuatkan dengan komitmen tertulis dari kaum perempuan di tempat itu untuk tak lagi menerima tamu pria hidung belang. Terlebih, sejumlah penghuni sudah memiliki sertifikat resmi dari Badan Pertanahan Nasional atas kepemilikan rumah dan lahan mereka. Hari ini, Sabtu, adalah batas terakhir bagi warga untuk mengosongkan permukiman.
Perjuangan warga ini mendapat dukungan sejumlah partai dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang meminta pemerintah menunda penggusuran karena keputusan itu tengah digugat oleh warga setempat. “Tunggu dulu putusan pengadilannya,” kata Ketua Komisi B dari Partai Kebangkitan Bangsa Nurudin Hasan.
Di luar lokalisasi, ratusan aparat kepolisian, Brimob, dan Satpol PP bersiaga dengan perlengkapan tameng dan pemukul. Mereka siap bergerak menuju lokalisasi untuk mengusir penghuni sesuai dengan keputusan Wali Kota Kediri Abdullah Abubakar. “Tahapan sosialisasi sudah lama, ini batas waktu mereka untuk pergi,” kata juru bicara Pemerintah Kota Kediri, Apip Permana.
HARI TRI WARSONO
Catatan Koreksi: Naskah berita ini dikoreksi pada Sabtu, 10 Desember 2016, pukul 13.20 WIB, yakni pada paragraf ke-3, yang sebelumnya keliru menyebutkan lagu karya Gombloh dinyanyikan para demonstran. Redaksi mohon maaf.