TEMPO.CO, Yogyakarta - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota Yogyakarta Sujanarko meminta Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X segera bicara menyelesaikan kasus intoleransi yang dilakukan Forum Ukhuwah Islamiyah atau FUI. Organisasi itu meminta Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogya menurunkan baliho yang memuat potret mahasiswi berjilbab. Alasannya, jilbab adalah representasi simbol Islam.
Sujanarko mengatakan kasus intoleransi tidak hanya terjadi di Kota Yogyakarta, tapi juga di Kabupaten Bantul belum lama ini. Serangkaian kasus intoleransi itu, menurut Sujanarko, mencoreng Yogyakarta yang dikenal sebagai The City of Tolerance atau kota yang toleran. “Tindakan FUI berlebihan. Ngarso dalem harus hadir dan bicara untuk mengayomi warga Yogyakarta,” kata Sujanarko ketika dihubungi, Kamis, 8 Desember 2016.
Dia menduga apa yang dilakukan FUI mendesak agar baliho itu dicopot merupakan rentetan dari aksi demonstrasi di Jakarta, di antaranya demonstrasi 2 Desember 2016. Aksi demonstrasi besar-besaran itu merembet ke daerah dan menjadi momentum bagi tindakan intoleransi.
Sujanarko juga meminta kepolisian dan forum pimpinan daerah untuk bersikap tegas terhadap FUI. Polisi seharusnya mem-backup lembaga pendidikan yang mendapat ancaman. Pemerintah, kata dia, tidak boleh kalah oleh FUI. Dia juga meminta lembaga pendidikan untuk bertahan dan tidak tunduk pada FUI.
Ia percaya banyak masyarakat Yogyakarta yang mendukung toleransi dan mem-backup lembaga pendidikan. Bila tidak, tindakan FUI akan merembet ke lembaga pendidikan lain. “Bukankah ketika masuk kampus mahasiswa tidak memilih agamanya apa. Di UKDW kan banyak juga mahasiswa muslim. Semestinya teman-teman FUI memahami hal itu,” kata Sujanarko.
Sebelumnya, M. Fuad Andreago, Koordinator Anggota Muda Forum Umat Islam Yogyakarta, mengatakan pihaknya meminta lembaga pendidikan non-muslim tidak menggunakan model berhijab. Sebab, itu merupakan salah satu lambang atau simbol umat Islam. "Lha, mereka jelas universitas dengan label Kristen, itu kan tidak benar," kata dia.
SHINTA MAHARANI | MUH. SYAIFULLAH