TEMPO.CO, Denpasar - Presiden Joko Widodo membuka Bali Democracy Forum IX dengan membacakan pidato perihal intoleransi. Menurut Presiden Jokowi, intoleransi merupakan salah satu isu penting global saat ini selain isu ekonomi.
"Dalam beberapa tahun terakhir ini, setiap menghadiri pertemuan internasional, saya menangkap adanya kegamangan dan kekhawatiran dari negara-negara di dunia (soal intoleransi)," ujar Presiden Jokowi di Bali International Convention Center, Westin Hotel, Bali, Kamis, 8 Desember 2016.
Presiden Joko Widodo menjelaskan, isu intoleransi masih dikhawatirkan banyak negara karena tak kunjung usai hingga sekarang. Di berbagai negara, malah, konflik baru datang sebelum konflik intoleransi yang lama berhasil diselesaikan.
Presiden Jokowi memberi contoh isu kemerdekaan rakyat Palestina yang belum sesuai harapan. Di sana, konflik antar kubu terus terjadi, dan diperparah dengan berkembang pesatnya paham radikalisme dan ekstrimisme di banyak negara.
Contoh lain adalah berkembangnya Xenophobia atau ketakutan terhadap orang asing di berbagai negara. Di Eropa, isu Xenophobia mengemuka karena masuknya imigran-imigran dari negara konflik di Timur Tengah.
"Saya dapat mengerti jika situasi ini memunculkan rasa kekhawatiran dan kegamangan, lebih lagi dibarengi dengan kondisi ekonomi dunia, yang penuh dengan ketidakpastian," ujar Presiden Joko Widodo.
Presiden Joko Widodo mengatakan, dalam situasi seperti inilah, rasa optimisme perlu dibangun. Tiap negara, kata ia harus bekerjasama, bertukar pikiran dan pengalaman untuk tahu apa yang harua dihadapi dalam menangani intoleransi.
Indonesia, menurut Presiden Joko Widodo, bisa beperan dalam membangun optimisme itu. Hal ini mengingat Indonesia memiliki sejarah panjang dalam hal kemajemukan. Indonesia memiliki 1.300 suku dan lebih dari 700 bahasa.
Presiden pun mengklaim toleransi tetap tumbuh di Indonesia meski ada sejumlah isu intoleransi. Sebagai contoh, pada aksi 2 Desember lalu, tidak ada konflik antar umat. Contoh lain, Pondok Pesantren tetap berdiri di Bali meski mayoritas penduduk Hindu.
"Indonesia adalah rumah bagi umat Islam Kristiani, Katolik, Hindu, Buddha dan Kongfucian," ujar Presiden Joko Widodo
Terakhir, Presiden Joko Widodo mengingatkan agar para diplomat atau peserta BDF tidak menggunakan kesempatan hari ini sebagai finger pointing exercise atau saling tuding. Sebaliknya, BDF ini harus digunakan untuk saling memperkuat satu sama lain.
"Melalui Institut Demokrasi dan Perdamaian (Institute for Peace and Democracy), Indonesia siap mengembangkan kerjasama konkrit di bidang demokrasi dan perdamaian," ujarnya mengakhiri.
ISTMAN MP