TEMPO.CO, Yogyakarta - Perdana Menteri Malaysia periode 1981-2003, Tun Dr Mahathir Mohamad, memuji aksi-aksi demonstrasi yang merespons tuduhan penistaan agama oleh calon Gubernur DKI Jakarta inkumben, Basuki Tjahaja Purnama, berjalan tertib. Menurut bekas orang terkuat di Malaysia ini, tertibnya unjuk rasa menggambarkan demokrasi di Indonesia semakin matang.
Mahathir juga menyerukan agar umat Islam tidak menjelek-jelekkan agama lain. “Cara-cara damai, ikuti ajaran Islam, itu penyelesaiannya,” kata Mahatir setelah memberikan kuliah umum bertajuk Peace and Interreligious Dialogue in Worldwide Education di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Senin, 5 Desember 2016.
Sementara itu, mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin, mencurigai ada gelagat ketidakadilan dalam menyelesaikan kasus Ahok. Din sangat yakin bahwa Ahok menistakan agama dengan mengatakan orang bisa saja tidak memilih dia karena telah dibohongi memakai Surat Al-Maidah ayat 51. “Saya ingin mengingatkan agar tidak ada pihak yang bermain. Penegakan hukum harus adil,” kata Din.
Belakangan, tafsir Surat Al-Maidah ayat 51 itu menjadi perdebatan. Menurut Din, aksi demonstrasi menentang Ahok berjalan damai. Din mengaku terusik bila demonstrasi itu dibilang anti-kebinekaan. Din yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama itu mengatakan tidak perlu ada sinisme terhadap kelompok-kelompok yang mengaitkan agama dengan politik.
Menurut dia, agama dan politik itu sesuatu yang absah dan penting. Sebab, kata Din, politik tanpa agama bisa menjadi liar. “Dengan agama, politik berwajah moral. Maka tidak perlu sinis terhadap kelompok yang mengaitkan agama dengan politik,” kata Din.
Din mengatakan Islam tidak terpisahkan dengan politik. Yang tidak boleh dilakukan adalah menggunakan agama dalam politik secara tidak benar. Din menyebutkan menistakan agama orang lain adalah manipulasi agama dalam politik. “Yang dilakukan Ahok adalah manipulasi agama. Tidak bisa dibenarkan dalam masyarakat yang majemuk,” kata Din.
SHINTA MAHARAN