TEMPO.CO, Depok - Syafawi, 67, tahun, orang tua salah satu penumpang pesawat kepolisian tipe M-28 Sky Truck yang hilang kontak di perairan Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, mengatakan anaknya yang bernama Safran, sebagai tulang punggung keluarga. Safran merupakan anak sulung dari tiga bersaudara, yang bertugas sebagai pilot di kepolisian. "Safran menjadi tulang punggung keluarga. Orangnya baik sama keluarga," ujarnya.
Syafawi mengatakan kenangan terakhir yang paling berkesan kepada keluarga, Safran sempat mengajaknya dan istri berlibur ke Malaysia, September lalu. Syafran mengajak seluruh keluarganya berlibur. "Di sana kami sepekan berlibur sekeluarga diajak Safran," ucapnya.
Ia menuturkan mendapat informasi pesawat yang membawa Safran hilang kontak dari siaran televisi sekitar pukul 16.00, kemarin. Safran memang bertugas keliling kepolisian daerah, untuk menjadi pilot di kepolisian.
Menjadi pilot merupakan keinginan Safran. Awalnya, Safran sempat kuliah selama delapan bulan di Institut Teknologi Bandung jurusan geofisika. Namun, ia rela berhenti untuk ikut sekolah penerbangan pada 1997 di Curug, Tangerang.
Ia memilih sekolah penerbangan karena sekolahnya singkat hanya dua tahun. "Tapi, karena kesibukan Safran, sekolah penerbangannya jadi empat tahun," ucapnya.
Pesawat membawa 13 orang tersebut, hilang kontak di Perairan Lingga, Kepulauan Riau, pukul 10.15, Sabtu, 3 Desember 2016. Ia menuturkan anaknya rencananya bakal menuju ke Palembang, Sumatera Selatan.
Pesawat yang mengangkut anaknya dari Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Rencananya dari Pondok Cabe, pesawat yang membawa 15 orang tersebut akan menuju Bangka Belitung, Batam, dan Palembang. "Tapi, di Bangka Belitung ada yang turun dua orang."
IMAM HAMDI