TEMPO.CO, Jakarta - Inisiator car-free day, Alfred Sitorus, mengaku kecewa terhadap banyaknya atribut partai yang digunakan dalam parade bertajuk "Kita Indonesia". Dia mengatakan kegiatan parade budaya yang berbarengan dengan acara hari bebas kendaraan bermotor di Jalan Sudirman-Jalan M.H. Thamrin itu seharusnya bersifat netral.
Alfred mengatakan banyak regulasi yang dilanggar penyelenggara aksi 412. Salah satunya adalah melakukan orasi. "Ini adalah kegiatan partai politik. Banyak partai politik yang memanfaatkan ruang CFD yang seharusnya netral. Ini enggak boleh," kata dia saat ditemui di Bundaran HI, Ahad, 4 Desember 2016.
Menurut Alfred, kegiatan parade budaya pada hari bebas kendaraan bermotor ini sudah melenceng dari tujuan. Kegiatan yang bercampur dengan kepentingan partai politik itu membuktikan bahwa masih banyak yang tidak memahami peraturan tentang CFD.
"Saat launching website, Pak Wakil Gubernur Djarot juga mengatakan CFD tidak boleh digunakan untuk politik praktis. Kami sangat menyesalkan ini," kata Alfred.
Alfred mengatakan penyelenggara aksi 412 memang sudah mendapatkan izin dari polisi, tapi itu hanya sebatas izin keramaian. "Perizinan keramaian kan enggak mungkin dong ditolak," kata dia.
Alfred pun meminta pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono, menindak penyelenggara yang tidak taat aturan. Dia meminta agar pelaksana kegiatan tersebut diberi sanksi. "Siapa yang bisa ngasih sanksi, apakah Bawaslu atau KPU," ucap dia.
Secara sosial, kata Alfred, penyelenggara aksi sudah mendapat banyak protes dari masyarakat yang kecewa. Menurut dia, banyak masyarakat yang mengeluhkan kepadanya ihwal atribut partai yang menjamur dalam aksi 412.
"Kami dikatain penyelenggara CFD tidak becus. Sebelumnya tidak ada, kenapa ini partai politik bisa masuk," katanya.
MAYA AYU PUSPITASARI