TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar, mengatakan polisi mengedepankan upaya deteksi dini ancaman teroris pada Aksi Bela Islam III tanggal 2 Desember nanti. Dia mengatakan ada tim tersendiri yang bertugas khusus mendeteksi keberadaan kelompok teroris itu.
"Kami tidak bisa mengatakan niat-niat seperti kemarin tidak ada lagi. Tapi kalau ada, kami tidak bisa sampaikan siapa," kata Boy di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu, 30 November 2016. "Komitmen kami terus mendeteksi jaringan itu."
Menurut Boy, kegiatan ini rencananya akan diikuti sekitar dua ratus ribu peserta. "Momen-momen itu tentu banyak dimanfaatkan untuk tujuan yang belum tentu sama dengan para pendemo. Itu realita," kata dia.
Boy mengatakan kepolisian terus bekerja keras untuk mengantisipasi agar teror tidak terjadi pada aksi doa dan zikir bersama pada Jumat besok.
Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia berencana menggelar unjuk rasa yang dinamakan Aksi Bela Islam III di Jakarta pada 2 Desember 2016. Kegiatan ini adalah kelanjutan dari Aksi Bela Islam I pada 14 Oktober dan Aksi Bela Islam II pada 4 November.
Tuntutan mereka sama, yakni meminta penegak hukum segera menuntaskan proses hukum kasus dugaan penodaan agama dengan tersangka Gubernur DKI Jakarta non aktif, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Mereka juga meminta Ahok ditahan.
Belakangan Aksi Bela Islam III ini disebut Aksi Super Damai dan Gelar Sajadah karena diisi berbagai acara zikir, siraman rohani dan ditutup dengan salat Jumat di Lapangan Monas .
REZKI ALVIONITASARI