TEMPO.CO, Jakarta - Suasana duka menyelimuti kediaman awak Helikopter Bell 412 milik TNI Angkatan Darat Sersan Satu Bayu Sadeli Putra di Kampung Lokomotif, RT 04 RW 05, Kelurahan Kaliabang Tengah, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi. Bayu gugur setelah helikopter yang ditumpanginya jatuh di wilayah Kalimantan Utara pada Kamis pekan lalu.
Berdasarkan pengamatan Tempo, sejumlah kerabat maupun tetangga terus berdatangan untuk mengucapkan belasungkawa kepada keluarga korban yang ditinggalkan. Tampak pula di rumah berlantai satu tersebut sudah didirikan tenda.
Baca: Pencarian Heli Bell TNI AD Deteksi Sinyal Pemancar
Istri almarhum Sertu Bayu, Rahmita Dewi, 28 tahun, mengatakan, keluarga di Bekasi mendapatkan kabar bahwa lulusan Pusat Pendidikan Penerbangan Semarang gugur pada Ahad malam, 27 November 2016 dari komandan Bayu. "Beliau mengabarkan bahwa suami saya gugur," kata Rahmita di rumah duka, Senin, 28 November 2016.
Mendengar kabar tersebut, ibu dua anak itu sempat syok. Namun, sejumlah keluarga berupaya menenangkannya agar menerima keadaan bahwa suaminya pergi untuk selama-lamanya. "Keluarga ihklas, suami gugur ketika menjalankan tugas negara," kata Rahmi.
Baca: Heli TNI yang Hilang Kontak Produk Unggulan PT DI
Sebelumnya, dia mengaku terus menghubungi markas suaminya bertugas di Kalimantan. Hal itu dilakukan setelah ibunya mendapatkan informasi dari running teks di televisi bahwa helikopter yang ditumpangi suaminya hilang kontak. "Setiap menghubungi, petugas meminta untuk terus bersabar," kata dia.
Menurut dia, keluarga meminta jenazah almarhum dibawa langsung ke Dumai, Riau untuk dimakamkan. Sebab Dumai merupakan tempat kelahiran dan juga tempat tinggal keluarga besarnya. "Saya berencana ke Dumai, setelah ada kabar lanjutan dari komandan suami," kata Rahmi.
Sertu Bayu meninggal dunia meninggalkan seorang istri dan dua anak. Masing-masing Bara Alimsyah (5) dan Rayihan Artarsyah (4 bulan). Bayu terakhir pulang pada Juli lalu ketika anak keduanya lahir. Itu pun hanya dua hari, kemudian berangkat kembali untuk bertugas di Kalimantan.
ADI WARSONO