TEMPO.CO, Bekasi - Sersan Satu Bayu Sadeli Putra meninggal dalam kecelakaan helikopter jenis Bell 412 milik TNI Angkatan Darat di daerah pegunungan Malinau, Kalimantan Utara. Sebelum wafat, ada pesan yang disampaikan almarhum kepada istrinya.
"Agar saya memaafkannya serta menjaga Bara Alimsyah, 5 tahun, dan Rayhan Artarsyah, 4 bulan," kata istri Bayu, Rahmita Dewi, 28 tahun, di rumah duka di Bekasi Utara, Kota Bekasi, Senin, 28 November 2016.
Bara dan Rayhan adalah dua anak hasil perkawinan Bayu dengan Rahmita. Menurut dia, pesan suaminya disampaikan lewat BlackBerry Messenger (BBM) pada minggu lalu.
Pesan lain adalah meminta Rahmita mengirimkan sejumlah dokumen dan foto-foto semasa bertugas menjadi tentara. Tak disangka, pesan tersebut merupakan yang terakhir sebelum Bayu pergi untuk selamanya. "Dia baru sekali melihat anaknya yang nomor dua, yaitu ketika baru lahir," ucap Rahmita.
Di lingkungan rumahnya, Bayu dikenal memiliki pribadi yang ramah dan sopan serta mudah bergaul, meskipun pendatang. Hanya dia tak punya waktu lama ketika pulang dari menjalankan tugas, termasuk ketika anaknya lahir pada Juli 2016, yaitu hanya dua hari.
"Orangnya enak, ramah dengan warga," ujar seorang warga saat berbincang dengan wartawan.
Selain itu, tutur dia, Bayu sering bersosialisasi dengan warga serta tak pernah ketinggalan ketika warga menggelar kegiatan yang bersifat sosial. Karena itu, warga merasa cukup kehilangan, apalagi Bayu merupakan prajurit yang mengabdi kepada negara.
Bayu gugur dalam kecelakaan ketika helikopter pengirim logistik pasukan di perbatasan yang ditumpanginya jatuh. Helikopter yang ditumpangi lima orang itu melakukan kontak terakhir dengan Malinau Tower di posisi 8 North Miles dari Malinau dan ketinggian 2.500 feet pada pukul 11.29 Wita, Kamis, 24 November 2016.
ADI WARSONO