TEMPO.CO, Jakarta - Pimpinan Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang, KH Ahmad Mustofa Bisri menceritakan pertemuannya dengan tiga pemuda yang berbicara kasar di media sosial.
Menurut Gus Mus, sapaan Mustofa Bisri, di media sosial terdapat banyak jenis manusia. Ada manusia yang berbudi, tapi banyak pula makhluk palsu yang tidak bertanggungjawab. "Dugaanku mereka hanya salah pergaulan di dunia maya, yang memang bagaikan hutan belantara," kata Gus Mus seperti ditulis di akun Facebooknya hari ini, Minggu, 27 November 2016.
Kiai sepuh Nahdlatul Ulama 72 tahun itu menceritakan bahwa pada Jumat lalu, 25 November 2016, mendapat tamu tiga pemuda dari Tegal, Probolinggo, dan Jakarta. Mereka adalah Pandu Wijaya, Bahtiar Prasohjo, dan Hasan. Ketiga orang itu berkunjung ke rumahnya untuk silahturahmi sekaligus meminta maaf atas hinaan yang mereka lontarkan terhadap Gus Mus di Facebook dan Twitter.
Mereka menuliskan kalimat kasar di akun media sosial. Tulisannya diprotes keras oleh masyarakat, termasuk pemuda Nahdlatul Ulama dan Gerakan Pemuda Ansor. Mereka pun meminta maaaf kepada Gus Mus. Tap, menurut Gus Mus, dia telah legawa memaafkan tiga pemuda tersebut. "Sudah aku maafkan via tweet di Twitter dan status di Facebook," tulis Gus Mus.
Baca: Hina Gus Mus di Twitter, Karyawan Adhi Karya Kena SP-3
Sebelumnya, pegawai kontrak PT Adhi Karya, Pandu Wijaya sempat menanggapi status Gus Mus di Twitter ihwal pelaksanaan salat Jumat di jalan raya. Gus Mus mengatakan pelaksanaan salat Jumat di jalan raya termasuk hal bidah. "Dalam sejarah Islam, baru kali ini ada bid'ah sedemikian besar. Dunia Islam pasti heran," tulis Gus Mus suatu kali.
Pandu menanggapi dengan kalimat yang tak pantas melalui akun Twitter-nya @panduwijaya. "Dulu gak ada aspal gus di padang pasir, wahyu pertama tentang salat Jumat juga saat Rasulullah hijrah ke Madinah. Bid'ah Ndasmu!!!"
Balasan Pandu Wijaya membuat geram netizen dan umat Nahdlatul Ulama. Komisaris Utama PT Adhi Karya Fadjroel Rahman bahkan langsung menyampaikan permohonan maaf kepada Gus Mus. Dia juga sempat mendapatkan surat peringatan, SP 3 atau pelanggaran berat.
Gus Mus berpendapat, ketiganya adalah pemuda yang polos, santun, dan sopan sama seperti pada umumnya seorang santri muda. "Sedikitpun tidak ada kesan berandalan, sangar, atau kasar seperti yang mereka tampakkan di Tweet dan status mereka."
Gus Mus lantas menanyakan beberapa hal soal alasan mengapa mereka menuliskan kalimat kasar. Penyair itu menanyakan, apakah mereka tersinggung karena ucapan atau perilakunya. Ketiga pemuda tersebut menjawab, tidak.
Baca: Gus Mus Maafkan Pandu Wijaya yang Menghinanya
Dia pun melanjutkan pertanyaannya. Gus Mus bertanya apa ada kawan-kawan mereka yang pernah tersakiti oleh Gus Mus. Mereka pun menjawab, tidak. "Apakah mereka menganggap aku pendukung tokoh politik tertentu yang berlawanan dengan tokoh mereka, mereka menjawab tidak."
"Ketika kemudian mereka aku tanya, apakah mereka marah karena membaca pendapatku tentang salat Jumat di Jalanan? Mereka malah seperti kebingungan," kata Gus Mus yang juga mantan Rais Syuriah PBNU tersebut. "Pandu Wijaya malah dengan sangat lesu mengatakan, mohon maaf saat itu saya lagi jenuh dengan pekerjaan," ujar dia menirukan Pandu.
Gus Mus pun mengaku heran dengan kesaktian media sosial dalam mengubah pemuda santun menjadi orang yang tega memperburuk citra diri mereka sendiri. Kata dia, melihat penampilan para pemuda itu di dunia nyata, dia yakin mereka bukan orang yang tidak tahu adab dan adat.
Gus Mus menyarankan ketiga pemuda tersebut, termasuk netizen, untuk menata niat menggunakan media sosial. Termasuk berhati-hati dan waspada beraktivitas di dunia maya yang penuh tipuan. Kemudian menyarankan agar tidak mudah tergiur dengan tampilan menarik, membiasakan tabayun dan meneliti rekam-jejak.
Imbauan selanjutnya, Gus Mus menyarankan mereka tidak tergesa-gesa membaca dan membagikan bacaan. Usahakan sekali-kali bertemu untuk diskusi di dunia nyata agar bisa melihat manusia dalam penampilan nyata. "Ingat sabda Rasulullah SAW, Innamal a'mãlu binniyãt... alhadits dan Min husni Islamil mar-i tarkuhu mã lã ya'ni."
AVIT HIDAYAT