TEMPO.CO, Depok - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengeluhkan vandalisme masyarakat terhadap peralatan pendeteksi bencana. Masyarakat kerap mencuri dan merusak alat yang dipasang untuk pendeteksi dini bencana alam.
"Memang kami ada masalah dari peralatan untuk mendeteksi bencana. Banyak vandalisme dan pencurian alat pendeteksi bencana yang dipasang pemerintah," kata Sutopo dalam seminar “Perubahan Iklim, Bencana Terus Mengintai: Waspada Perubahan Cuaca Ekstrem” di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Rabu, 23 November 2016.
Sutopo menyebutkan, di kawasan Bromo, Jawa Timur, sensor milik pemerintah untuk mendeteksi bencana hilang. Padahal pemerintah telah menyimpan alat tersebut di dalam kotak besi dan digembok.
Pemerintah, kata Sutopo, tidak mungkin dalam 24 jam terus mengawasi alat pendeteksi bencana. Seharusnya ada rasa memiliki dari masyarakat dan pemerintah daerah yang sudah dipasangi alat pendeteksi bencana di wilayah mereka. "Yang terjadi bahkan dirusak. Bahkan ada yang dijadikan tiang jemuran."
Kasus lainnya, sistem peringatan dini longsor yang dipasang pemerintah di Banjarnegara banyak yang rusak dan tidak berfungsi. Hal tersebut terlihat dari pemotongan kabel alat pendeteksi longsor karena berbunyi sirene dianggap membuat masyarakat cemas. "Perlu ada pendekatan social engineering yang berbasis komunitas. Sebab, bunyi sirene dianggap mengganggu masyarakat," ucap Sutopo.
Baca Juga:
Menurut dia, banyak contoh vandalisme yang terjadi pada alat pendeteksi dini bencana di Indonesia. Bahkan baterai seismograf untuk memantau Gunung Sinabung dicuri dan sempat terganggu. "Padahal gunung tersebut sangat aktif. Mereka tidak paham akibatnya bisa berdampak pada nyawa masyarakat."
Selain vandalisme, permasalahan yang terjadi pada peralatan pendeteksi bencana adalah terbatasnya biaya operasional dan pemeliharaan yang sangat minim. Dengan demikian, alat tersebut dimakan waktu dan sudah seharusnya diganti, tapi tidak bisa dilakukan karena anggaran minim. "Alat semestinya sudah diganti dan di-upgrade. Namun, karena tidak adanya anggaran, jadi makin rusak," ujar Sutopo.
IMAM HAMDI