TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengungkapkan bencana hidrometeorologi di Indonesia berpotensi meningkat pada 2017. Terutama bencana banjir dan longsor yang diprediksi jumlahnya meningkat karena adanya anomali cuaca dan kemarau basah sampai 2017.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan Indonesia merupakan daerah yang cukup merata mempunyai bantaran sungai. Berdasarkan peta yang dimiliki BNPB, sedikitnya 64,7 juta jiwa terancam banjir akibat perubahan iklim yang tidak menentu dan cuaca ekstrim.
"Ada 315 kota/kabupaten yang terancam banjir dari tingkat sedang sampai tinggi," kata Sutopo dalam seminar Perubahan Iklim, Bencana Terus Mengintai: Waspada Perubahan Cuaca Ekstrim di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Rabu, 23 November 2016.
Bencana hidrometeorologi meliputi banjir, tanah longsor, gelombang pasang/abrasi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan dan puting beliung.
Selain banjir, penduduk Indonesia juga diintai bahaya longsor. Jumlah penduduk yang terpapar bahaya longsor mencapai 40,9 juta jiwa di 247 kota/kabupaten. "Aceh sampai Lampung dan di kawasan Jawa bagian tengah terancam longsor," ujarnya. "Mereka berada di wilayah perbukitan."
Ia melihat daerah di Jawa Barat yang paling rawan longsor berada di kawasan Lebak, Cianjur, Sukabumi, Kabupaten Bogor, Sumedang. Lalu masuk Jawa Tengah berada di Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Purwokerto, Karanganyar, Boyolali, masuk Jawa Timue, Pacitan Trenggalek. dan masih banyak lagi.
"Biasanya wilayahnya itu-itu saja yang terjadi bencana. Longsor menjadi bencana yang paling banyak menimbulkan korban jiwa," ujarnya.
Berdasarkan data pihaknya, banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi selama 14 tahun terakhir, yakni mencapai 39 persen dari total 15.449 bencana hidrometeorologi di Indoneia.
Menurutnya beberapa faktor bencana disebabkan karena perubahan iklim yang menyebabkan temperatur meningkat dan pola hujan berubah. Selain itu, permasalahan penduduk, lemahnya penegakan hukum, degradasi lingkungan dan tata ruang menjadikan bencana semakin banyak terjadi. "Lemahnya kepemimpinan juga jadi penyebab bencana," ucapnya.
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofiiska Yunus Subagyo Swarinoto mengatakan sebagian besar bencana alam di Indonesia dipengaruhi cuaca ekstrim. "Terutama banjir dan longsor," ucapnya.
Pihaknya telah mengeluarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan setiap hari, baik perkiraan harian maupun tiga jaman. Bahkan, BMKG juga meramalkan cuaca tiga harian. "Kami berikan informasi peringatan dini melalui informasi itu. Ketepatan prakiraan cuaca BMKG mencapai 75-85 persen," ujarnya.
Ia menuturkan potensi cuaca ekstrim di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini dipicu pertumbuhan awan-awan konvektif lokal yang signifikan. Hal tersebut dapat terjadi karena kondisi atmaosfer yang tidak stabil akibat masih hangatnya suhu laut, kelembaban udara tinggi, pertemuan dan belokan angin, serta perlambatan kecepatan angin.
"Bahkan, penduduk Indonesia harus waspada cuaca ekstrim sampai Februai 2017," ujarnya.
IMAM HAMDI