TEMPO.CO, Jakarta - Buni Yani, pria yang terseret perkara penistaan agama oleh calon Gubernur DKI Jakarta inkumben, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, curhat di depan putri mantan Presiden Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri. Ia mencurahkan isi hatinya perihal yang dia alami setelah diperiksa kepolisian soal perkara tersebut. Menurut Buni, dia dikriminalisasikan.
"Ada upaya mengkriminalisasi saya. Din Syamsudin jelas bilang Ahok yang salah. Kok saya yang dikriminalisasikan," ujar Buni saat memberikan testimoni di depan Rachmawati dalam acara konsolidasi nasional di Universitas Bung Karno, Minggu, 20 November 2016.
Buni adalah pria yang mengunggah transkrip pidato Ahok di Kepulauan Seribu akhir September lalu yang menyinggung surat Al Maidah. Dalam transkripnya, Buni menuliskan bahwa Ahok berkata kepada warga Kepulauan Seribu agar jangan mau dibohongi surat Al Maidah. Surat itu kerap ditafsirkan sebagai ajakan jangan memilih pemimpin non-muslim. Padahal Ahok berkata kepada warga agar jangan mau dibohongi pakai surat Al-Maidah.
Transkrip versi Buni diyakini banyak pihak sebagai ucapan Ahok yang asli sehingga memicu rangkaian peristiwa, dari mulai demo besar mendesak Ahok ditahan hingga penetapan Ahok sebagai tersangka. Meski transkripnya terbukti salah, Buni mengklaim hal itu tidak disengaja dan tidak ada niat menjatuhkan Ahok.
Buni telah diperiksa Kepolisian terkait dengan keterangannya terhadap ucapan Ahok di Kepulauan Seribu tersebut. Dalam pembelaannya, Buni bersikukuh tidak bersalah dan tidak memiliki niatan untuk memelintir ucapan Ahok.
Buni, dalam acara Rachmawati hari ini, kembali menegaskan tak ada niat buruk itu. Karena itu, ia meminta masyarakat memahami. Ia mengaku sudah cukup menderita atas anggapan sengaja memelintir pernyataan Ahok hingga merasa dirinya dikriminalisasikan. "Saya tidak punya waktu, saya tidak punya teknologi, dan saya tidak punya kepentingan menjatuhkan Ahok," ujarnya.
Buni menuturkan salah satu penderitaan yang ia alami dari kasus penistaan Agama oleh Ahok adalah dirisak di media sosial. Berhari-hari, kata Buni, ia dirisak buzzer-buzzer pro Ahok tanpa kesempatan membela diri. Saking pusingnya dengan serangan itu, dia sampai memutuskan untuk mengundurkan diri dari kampus.
Penderitaan lain adalah ia mulai diintai hingga ke rumahnya. Ia menyampaikan, dua minggu terakhir, ada mobil hitam misterius kerap parkir di depan rumahnya. Ia meyakini mobil itu mengintainya.
"Pagi, sore, dan malam. Saya dengar istri dan anak saya juga sudah diintai. Saya diintai enggak apa, tapi jangan anak dan istri saya," ujarnya.
Buni mengaku sudah tidak tahan dengan teror itu dan berencana melapor ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. Dengan begitu, dia dan keluarga bisa terlindungi dari siapa pun yang mengancam keamanan atau menerornya. "Situasi sekarang enggak baik untuk pencari keadilan. Kok seperti dibolak-balik," ujarnya.
ISTMAN MP