TEMPO.CO, Karawang - Kepala Badan Penanganan Bencana Nasional, Willem Rampangilei, membantah dugaan sabotase bendungan yang menyebabkan banjir di Karawang, Jawa Barat, pada Ahad, 13 November 2016.
"Saya yakin tidak. Memang bendungan punya kebijakan sendiri melakukan buka tutup. Ada kritetia yang harus dipenuhi. Tidak bisa sembarangan," kata Willem kepada Tempo usai melakukan pantauan sungai lewat udara di Karawang, Kamis, 17 November 2016.
Sebelumnya, beredar kabar jika musibah banjir di Karawang merupakan sabotase dengan membuka pintu air di tiga waduk cascade Citarum. Tujuannya, untuk mengalihkan isu penistaan agama oleh Ahok dan ancaman stabilitas negara di bawah Presiden Jokowi.
Banjir di Karawang pada saat itu berdampak luas, selain pemukiman dan kawasan industri, banjir juga menggenangi jalan tol Jakarta - Cikampek. Tingginya permukaan air di sungai Citarum dan Cibeet pada Ahad lalu akibat debit air di hulu kedua sungai itu melampaui batas normal.
Berdasarkan keterangan Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, air di tiga waduk besar yang membendung sungai Citarum limpas.
Waduk Saguling yang membendung Citarum di wilayah Kabupaten Bandung Barat limpas 78 centimeter pada Ahad, 13 November lalu. Waduk Cirata, di Kabupaten Bandung Barat juga limpas setinggi 31 centimeter. Waduk Jatiluhur yang membendung sungai Citarum di Purwakarta limpas 20 sentimeter.
Sebelum banjir melanda Karawang pada Ahad sore, 13 November lalu, tiga bendungan yang mengatur air di sungai Citarum membuka pintu air dan menambah debit air ke sungai terpanjang di Jawa Barat.
Di waduk Saguling pada pukul 06.00 WIB, tinggi mata air mencapai 643.81 mdpl sehingga limpas dengan skala 153.65 m3/det.
Di waduk Cirata, di waktu yang sama, tinggi mata air tercatat mencapai 219.66 mdpl, dan outflow air dengan skala 545,96 m3/det.
Di waduk Djuanda, pada pukul 06.00 WIB, tinggi mata air mencapai 107,75 mdpl, sehingga limpas dengan skala 191,707 m3/det.
Peringatan juga muncul dari General Manager Indonesia Power, Hendres Wayen, lewat secarik surat bertanggal 10 November 2016, unit pembangkit Waduk Saguling mengumumkan jika tinggi mata air di waduk itu di atas normal.
Dengan ketinggian 643,70 mdpl, pintu spillway nomor 3 akan dibuka setinggi 1 meter.
Hal itu menyebabkan debit air sungai Citarum akan lebih tinggi dan berpotensi menyebabkan banjir.
"Sama sekali tidak ada sabotase. Sungai meluap akibat daya tampung tidak seimbang dengan debit air yang datang. Banjir terjadi karena sungai tidak normal, drainase yang buruk dan kebijakan tata ruang yang tidak ramah lingkungan," kata Willem.
HISYAM LUTHFIANA