TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Daerah Mohammad Saleh mengatakan penyerangan terhadap gereja Oikumene di Samarinda merupakan tindakan tidak beradab. Dia menambahkan tindakan itu juga mengganggu stabilitas dan mencoreng wajah bangsa Indonesia.
Saleh menuturkan serangan yang menyebabkan sejumlah orang terluka dan seorang anak meninggal dunia itu, menunjukkan masih ada oknum yang ingin merusak persatuan bangsa.
"Justru saat kita semua sedang berusaha menjaga ketenteraman dan kerukunan hidup antarumat beragama," kata Saleh dalam siaran pers yang diterima Tempo, pada Senin 14 November 2016.
Saleh mengungkapkan DPD RI mendesak aparat penegak hukum agar menindak tegas pelaku pemboman tersebut. Karena sudah jelas mengganggu stabilitas negara ini.
Baca:
Balita Korban Bom di Gereja Oikumene Samarinda Meninggal
Bom di Gereja Samarinda, PGI Minta Umat Tak Tebar Opini Liar
Gereja Dibom di Samarinda, Begini Kronologinya
Menurut Saleh, DPD RI menghimbau kepada seluruh komponen bangsa untuk merapatkan barisan dan bersatu padu menjaga keutuhan dan kerukunan nasional serta tidak terpancing untuk memperkeruh keadaan. "Semua anak bangsa agar bersatu menjaga keamanan negeri kita."
Saleh juga mendoakan agar para korban bom Gereja Oikumene, Samarinda, bisa segera lekas sembuh, dan bagi korban tewas agar keluarganya diberi ketabahan menghadapi musibah ini. "Semoga Tuhan Yang Maha Esa menjaga bangsa ini dan melindungi kita semua agar terhindari dari kejadian serupa di masa depan."
Seseorang tak dikenal melemparkan bom yang diduga molotov di depan Gereja Oikumene di Jalan Cipto Mangunkusumo Nomor 32, RT 03, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda, Kalimantan Timur, Ahad, 13 November 2016.
Kemudian diketahui pelaku bom Gereja Oikumene itu adalah Juhanda alias Jo bin Muhammad Aceng Kurnia. Dia kini sudah ditangkap polisi. Aksi nekatnya diketahui warga yang ada di dekitar gereja. Dia lari keluar gereja menuju Sungai Mahakam sesaat setelah terjadi ledakan.
Juhanda nekat menceburkan diri dan berenang menuju kapal pengangkut pasir yang tengah berlayar di Sungai Mahakam. Warga terus mengejar meski dia sudah di atas kapal. Juhanda terkepung dan akhirnya ditangkap. Juhanda sempat jadi bulan-bulanan warga, sebelum diangkut mobil polisi.
DIKO OKTARA