TEMPO.CO, Karawang - Asip Suhendar, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karawang, menetapkan status siap siaga sejak surutnya banjir pada Ahad, 13 November 2016 lalu. Saat itu, banjir melanda Karawang, Jawa Barat, sejak sore hingga malam hari.
Menurut Asip, banjir pada hari itu diakibatkan oleh debit air sungai Citarum yang tinggi. Hal itu mengakibatkan kawasan di sekitar Sungai Citarum dan Cibeet tergenang air. "Hujan lebat sejak sore hingga malam hari juga menjadi faktor terjadinya banjir di Karawang," tutur Asip.
Tingginya permukaan air di sungai Citarum dan Cibeet pada Ahad lalu akibat debit air di hulu kedua sungai itu melampaui batas normal. Berdasarkan keterangan Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, air di tiga waduk besar yang membendung sungai Citarum melimpas.
Waduk Saguling yang membendung Citarum di wilayah Kabupaten Bandung Barat limpas 78 cm pada Ahad, 13 November lalu. Waduk Cirata, di Kabupaten Bandung Barat juga limpas setinggi 31 sentimeter. Waduk Jatiluhur yang membendung sungai Citarum di Purwakarta juga limpas 20 sentimeter.
Berdasarkan pengamatan Tempo di Jembatan Jenebin di Karawang Barat Ahad malam, 13 November 2016, permukaan air hampir terlihat tinggi, bahkan hampir menyentuh jembatan. Padahal biasanya air sangat jauh dari jembatan. Hingga Senin sore, 14 November 2016, air di sungai Citarum belum surut.
Berdasarkan keterangan BPBD, banjir pada Ahad lalu tergolong parah. Ia mencatat sebanyak 19.669 warga dari lima kecamatan di Karawang, menjadi korban banjir. Akibatnya sebanyak 6.373 orang mengungsi ke posko pengungsian. Banjir juga merendam 133 hektare sawah. “Warga yang mengungsi sebanyak 6.373 dari 893 KK yang tersebar di 5 Kecamatan yang ada di Karawang,” ujar Asip saat meninjau korban banjir di Kecamatan Telukjambe Barat, Senin, 14 November 2016.
Asip menuturkan, lima kecamatan yang terendam banjir adalah Karawang Barat, Pakis Jaya, Batu Jaya, Telukjambe Barat dan Telukjambe Timur. Dari 5 kecamatan itu sebanyak 5.776 rumah terendam banjir. “Untuk jumlah sekolah yang terendam sebanyak 12 sekolah, sawah 133 hektar dan 12 masjid,” katanya.
Ia menjelaskan, ada lima desa yang terendam di Karawang Barat, antara lain Nagasari, Tanjungmekar, Tunggakjati, Tanjungpura, dan Karawang Kulon. Adapun Kecamatan Pakisjaya hanya satu desa yang terendam adalah desa Telukbuyung. Kecamatan Batujaya juga hanya satu desa yaitu Segaran, untuk Kecamatan Telukjambe Barat dua desa yaitu Karang Ligar dan Parungsari, sementara untuk Kecamatan Telukjame Timur ada tiga desa yaitu Purwadana, Wadas, dan Sukaluyu.
“Ketinggian air mulai dari 50 sentimeter sampai 300 sentimeter, kami saat ini sudah mendistribusikan makanan cepat saji dan minuman,” katanya.
Ia menambahkan, pihaknya sudah membuka posko di beberapa titik yang menjadi wilayah banjir dengan bekerja sama dengan sejumlah relawan dari PMI, Tagana, dan organisasi masyarakat lainnya. “Kami juga bekerjasama dengan TNI dan kepolisian dalam menanggulangi bencana banjir yang saat ini terjadi,” katanya.
Wakil bupati Karawang, Akhmad Zamakhsyari mengatakan, banjir di Karawang juga akibat sistem drainase yang buruk. "Banyak selokan terlalu kecil, kurang dalam, juga diperparah sampah. Drainase buruk bahkan bisa ditemui di hampir seluruh wilayah Karawang. Kami harus menangani hal ini secara serius," kata Akhmad kepada pers saat meninjau banjir di Kecamatan Karawang Barat, Senin, 14 November 2016. *
HISYAM LUTHFIANA