TEMPO.CO, Samarinda - Sehari setelah terjadi ledakan bom di Gereja Oikumene di Kota Samarinda, sejumlah polisi dan tentara bersenjata lengkap masih tampak berjaga di sekitar gereja, Senin, 14 November 2016. Garis polisi masih terpasang di pintu pagar gereja.
Meski gereja tersebut masih dijaga ketat oleh aparat, masyarakat di sekitar gereja di Kelurahan Sengkotek, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, mulai beraktivitas seperti biasa. Warung dan toko di seberang gereja sudah berjualan. Lalu lintas di Jalan Cipto Mangunkusumo, juga normal.
"Kemarin saja tutup, sekarang sudah jualan lagi. Sudah aman," kata Sismiyati, 55 tahun, pemilik warung Gresik tepat di seberang gereja, Senin, 14 November 2016.
Baca:
Balita Korban Bom di Gereja Oikumene Samarinda Meninggal
Bom di Samarinda, GMKI Minta Masyarakat Tidak Terprovokasi
Densus 88 Periksa Juhanda, Pelaku Bom Gereja Samarinda
Ahad kemarin, seorang tak dikenal tiba-tiba melemparkan bom yang diduga molotov di depan Gereja Oikumene di Jalan Cipto Mangunkusumo. Setelah melemparkan bom, pelaku melarikan diri tapi akhirnya ditangkap warga dan diserahkan ke Kepolisian Sektor Samarinda.
Akibat ledakan itu, empat balita terluka dan harus mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah A.W. Sjahranie. Keempat balita itu mengalami luka bakar. Seorang balita perempuan korban ledakan bom akhirnya meninggal setelah mendapat perawatan. Kerugian materi dari peristiwa ini, yaitu empat unit sepeda motor rusak.
Polisi sudah menahan pemuda bernama Juhanda alias Jo bin Muhammad Aceng Kurnia, tersangka kasus bom di Gereja Oikumene.
FIRMAN HIDAYAT