TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj berkeyakinan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump nantinya nantinya tidak akan memusuhi Islam. Menurut dia, sejumlah pernyataannya ketika kampanye hanya retorika untuk meraih suara dari pemilih.
"Waktu kampanye seakan-akan anti Islam, anti imigran. Saya kira itu retorika kampanye saja. Tidak se-ekstrem itulah saya kira," kata Said Aqil saat dihubungi Tempo, Kamis, 10 November 2016.
Baca: Pemilu AS: 10 Hal Kontroversial tentang Donald Trump
Menurut Said Aqil, pemerintahan Trump tidak mungkin mengambil kebijakan yang memusuhi dunia Islam. Sebab, lanjut dia, Amerika juga punya kepentingan untuk bekerja sama dengan negara-negara Islam, misalnya dalam pemenuhan kebutuhan minyak dan bahan baku lainnya.
Ia juga mengingatkan bahwa mayoritas dunia Islam sebagai orang yang berbudaya, santun, ramah, dan moderat, sebagaimana mayoritas muslim di Indonesia. "Kami pun anti terorisme radikalisme. Bukan hanya Trump yang anti terorisme," kata Said Aqil.
Baca: Trump Presiden AS: Ini Kata Putin, May, El-Sisi, dan Xi Jinping
Di bawah pemerintahan Trump, Said berharap kerja sama antara Indonesia dan Amerika semakin meningkat. Kerja sama itu haruslah didasari atas kemitraan yang saling menghargai, bukan mendikte atau mengatur.
Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika dalam pemungutan suara pada 8 November 2016. Kandidat dari Partai Republik ini meraih 276 suara elektroral, mengalahkan kandidat dari Partai Demokrat Hillary Rodham Clinton yang meraih 218 suara.
Said mengatakan terpilihnya Trump adalah hasil dari pemilihan yang demokratis. "Itu pilihan rakyat Amerika secara demokratis, kami hormati. Kami ucapkan selamat," kata Said Aqil.
AMIRULLAH
Baca juga:
Pendeta Berdemo, Tuntut Rizieq FPI & Ahmad Dhani Ditangkap
Terungkap, Antasari Azhar: Saya Mau Masuk Penjara karena...