TEMPO.CO, Solo - Pemerintah Kota Surakarta menerima hibah ratusan keris untuk dipajang di Museum Keris yang akan dibuka mulai akhir tahun ini. Mereka kesulitan membuat taksiran nilai keris untuk kelengkapan dokumen hibah.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta Eny Tyasni mengatakan bahwa hibah itu diperoleh dari sejumlah kolektor keris. "Mereka memberikan dukungan terhadap upaya pemerintah membangun museum keris," katanya, Rabu 9 November 2016.
Keris yang diterima oleh pemerintah jumlahnya mencapai 360 bilah. "Ada yang termasuk keris tua maupun yang relatif muda," katanya. Rencananya, hibah itu untuk dipamerkan dalam museum.
Rencananya, museum akan dibuka untuk umum pada Desember 2016 mendatang. Museum yang berada di sebelah selatan Stadion Sriwedari itu saat ini baru dalam tahap penyempurnaan bangunan.
Hingga saat ini pemerintah masih kebingungan dalam menyelesaikan administrasi hibah. "Sebagai barang hibah, barang-barang tersebut harus dimasukkan dalam daftar neraca aset," katanya.
Mereka harus melakukan taksiran nilai barang-barang hibah itu untuk dimasukkan dalam neraca. "Ternyata sangat sulit," katanya. Sebagai sebuah karya seni, benda-benda itu sulit untuk dihitung taksiran harganya.
"Tidak ada standar untuk menaksir nilai sebuah keris," katanya. Padahal, penghitungan tersebut wajib dilakukan untuk tertib administrasi. "Namun kami tetap akan mengupayakan," katanya melanjutkan.
Pihaknya akan menggadeng para pemerhati keris serta para kolektor untuk mencari solusinya. "Kami akan meminta beberapa ahli keris untuk menjadi kurator," katanya. Dia yakin para kolektor memiliki parameter yang menjadi pedoman dalam menentukan harga keris.
Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo menyebut bahwa museum keris akan menjadi sebuah destinasi wisata baru di kota itu. "Tentu saja memiliki nilai edukasi yang sangat penting," katanya.
Mereka juga akan melengkapi museum itu dengan berbagai informasi mengenai keris sebagai warisan budaya. "Termasuk proses pembuatan keris," katanya.
AHMAD RAFIQ