TEMPO.CO, Kendari - Pemerintah Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, segera mengembangkan budi daya tanaman padi non-glukosa atau padi tanpa glukosa, yang sama sekali tidak mengandung kadar gula.
Hal itu dikemukakan Bupati Konawe Utara Ruksamin. Menurut dia, budi daya padi non-glukosa merupakan hasil kerja sama penelitian bidang pertanian antara Pemerintah Kabupaten Konawe Utara dan Pemerintah Kota Yeongwol, Provinsi Gangwon, Korea Selatan.
Ruksamin mengatakan produksi non-glukosa lebih tinggi dibanding dengan jenis padi lokal. Sesuai hasil penelitian dan uji coba, dalam satu helai (tangkai) padi non-glukosa, buah atau bulirnya mencapai 730 biji. Sedangkan padi lokal dalam satu helai cuma 120 biji. Namun dia masih merahasiakan nama varietas padi non-glukosa itu. "Masih rahasia,” katanya, Rabu, 9 November 2016.
Pengembangan budi daya padi non-glukosa, kata Ruksamin, penting dilakukan karena sangat bermanfaat bagi warga yang menderita penyakit gula. Itu sebabnya Pemerintah Kabupaten Konawe Utara telah melakukan berbagai langkah demi mewujudkan budi daya padi non-glukosa. Padi jenis itu juga meningkatkan produksi pangan di Kabupaten Konawe Utara.
Ruksamin menjelaskan, untuk menjaga kualitas bibit padi non-glukosa, telah diambil sampel PH tanah di lokasi tempat pencanangan penanaman padi itu. Tujuannya untuk meneliti kadar nitrogen, fosfor, dan internalnya.
Ruksamin mengatakan, untuk langkah awal, lokasi penanaman padi non-glukosa dilakukan di Kecamatan Sawa. Bagi para petani yang bersedia menanamnya, Pemerintah Kabupaten Konawe Utara akan memberikan bibit secara gratis. Bahkan para petani diberi bantuan alat teknologinya.
Setelah dilakukan di Kecamatan Sawa, budi daya padi ini akan terus dikembangkan di seluruh kecamatan lainnya di Kabupaten Konawe Utara. "Ini kami lakukan untuk mengembangkan kesejahteraan petani,” ujar Ruksamin.
Pada Mei 2016, Ruksamin mengunjungi Kota Yeongwol, Provinsi Gangwon, Korea Selatan, untuk melihat sektor pertanian di sana. Di kota itu, Ruksamin melihat secara langsung produksi padi yang melimpah, meski lahan petaninya terbatas. Hasil panen tidak hanya untuk kebutuhan warga Kota Yeongwol, tapi juga kota-kota lainnya di Provinsi Gangwon.
ROSNIAWANTY FIKRI