TEMPO.CO, Jakarta - Kericuhan yang terjadi di akhir demonstrasi 4 November 2016 di Monas, Jakarta Pusat, merusak 6.600 pohon dan sejumlah fasilitas umum. Terutama di depan Istana dan jalan yang dilalui demo. "Urusan kami memperbaiki seluruh fasilitas yang rusak, harus kami ganti (fasilitas yang rusak) di kawasan Monas," kata pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta, Soni Sumarsono, saat ditemui di Balai Kota, Senin, 7 November 2016.
Seusai demo, pukul 18.00, ribuan orang salat magrib di Masjid Istiqlal dan sejumlah tempat lainnya. Setelah itu mereka pulang. Namun ada ratusan demonstran yang tetap unjuk rasa di Monas dan depan Istana Kepresidenan. Setelah salat isya, pecah bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan. Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstran karena waktu unjuk rasa telah usai. Demonstran membalas melempar batu dan benda lainnya. Ada mobil milik polisi terbakar.
Saat ini, kata Soni, pihaknya sudah mulai memperbaiki beberapa fasilitas yang dirusak. "Ada enam titik pagar yang jebol dan kami sudah las itu semuanya," katanya.
Selain rusaknya pohon dan pagar di sekitar Monas, Soni mengatakan ada pula tiga bus Transjakarta yang kacanya pecah akibat kejadian itu. Lampu di jembatan penyeberangan orang dan halte juga rusak. Walau begitu, Soni memperkirakan kerugian akibat kerusuhan itu tak sampai Rp 500 juta.
Kericuhan juga terjadi di Penjaringan, Jakarta Utara. Pembakaran dan penjarahan terjadi setelah kericuhan di depan Istana Negara. Soni mengatakan beberapa fasilitas umum di Penjaringan juga perlu diperbaiki. "Jalan perlu diperbaiki sekitar delapan meter, terutama yang kena kebakaran." Kerugian diperkirakan Rp300-400 juta.
Demonstrasi 4 November kemarin diikuti ratusan ribu massa. Mereka menuntut Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama, dihukum karena dinilai telah menistakan Islam. Demo yang awalnya berjalan damai itu harus diakhiri dengan kericuhan setelah massa menolak dibubarkan setelah lewat pukul 18.00.
EGI ADYATAMA