TEMPO.CO, Tuban - Kepolisian Resor Tuban, Jawa Timur, mencatat sedikitnya 25 orang di wilayahnya akan berangkat ke Jakarta, Kamis 3 November 2016. “Sekitar 25 orang, tapi bisa lebih,” kata juru bicara Kepolisian Resor Tuban Ajun Komisaris Elis Suendayati kepada Tempo, Kamis, 3 November 2016. Mereka akan bergabung dengan demonstran pemrotes Gubernur DKI non aktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang dituding menista agama pada Jumat, 4 November 2016.
Polisi mencatat, para pengunjuk rasa berangkat terpisah, tanpa atribut lembaga atau kelompok tertentu. Delapan orang berangkat pada Rabu malam dan sisanya 17 orang berangkat Kamis pagi. Mereka naik bus umum dari halte Pantai Utara.
Para demonstran itu terdata setelah ada laporan pantauan dari intelijen, reserse, serta dari Kepolisian Lalu Lintas Tuban. Hingga Kamis sore ini, polisi masih terus mengawasi dan berjaga di sepanjang jalur pantai utara Tuban.
Polres Tuban mengerahkan sekitar 350 personel atau sepertiga dari jumlah anggota Kepolisian Resor di kabupaten ini. Polisi disiagakan sepanjang 64 kilometer dari Kecamatan Palang hingga ke Kecamatan Bancar. Juga dari Kecamatan Widang hingga ke Kecamatan Kota Tuban yang jaraknya sekitar 30 kilometer.
Tak hanya di Jakarta, demonstrasi anti penistaan yang diduga dilakukan Ahok juga digelar di Tuban. Puluhan murid Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al Uswah, Tuban, juga unjuk rasa di perempatan Patung Kota, tak jauh dari kantor DPRD, Kamis 3 November 2016.
Mereka membentangkan spanduk yang isinya mengutuk dugaan penistaan agama oleh Ahok. Demonstrasi berjalan tertib dan tanpa ada kerusakan. “Kami tidak rela, Al Quran dihina,” ujar Ustad Aziz, salah satu guru di sekolah itu.
Di Bojonegoro, para tokoh agama yang tergabung dalam Gerakan Umum Islam Bersatu (GUIB) Bojonegoro, dijadwalkan berunjuk rasa pada Jumat 4 November 2016. Aksi yang direncanakan diikuti sekitar 1.000 orang itu akan digelar seusai salat Jumat di Masjid Jami Alun-alun Kota Bojonegoro.
Menurut Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Bojonegoro Kusbiyanto, aksi damai ini digagas sejumlah tokoh agama lintas-organisasi kemasyarakatan. Mereka bergerak atas nama pribadi lalu kemudian bergabung dan menamai diri dengan GUIB.” Ini aksi damai,” ujarnya kepada Tempo.
SUJATMIKO