TEMPO.CO, Purwakarta - Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, menyiapkan fasilitas ibadah yang setara bagi seluruh siswa pemeluk agama di setiap sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA dan sederajat. "Ya, semua pemeluk agama mendapatkan hak yang sama," kata Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, kepada Tempo, Selasa petang, 1 Nopember 2016.
Dedi mengungkapkan, meskipun di satu sekolah hanya ada satu siswa yang memeluk agama berbeda maka sekolah akan menyediakan tempat ibadah bagi dia. Misalnya, di sekolah yang mayoritas Islam terdapat satu siswa yang Katolik, maka sekolah akan menyediakan tempat ibadahnya.
Begitu pula sebaliknya, di sekolah Katolik jika ada yang beragama Islam dan Hindu hanya satu, akan tetap disediakan ruang ibadahnya. "Mengakomodir keberagaman agama di dunia pendidikan itu menjadi tanggung jawab pemerintah," jelas Dedi. "Tujuannya, supaya anak-anak sejak dini belajar melakukan toleransi yang damai dan indah."
Penyediaan tempat ibadah yang disiapkan itu, ujar Dedi, sebenarnya tidak susah. "Cukup dengan menyulap ruangan kelas yang ada," tutur bupati yang dinominasikan mendapatkan penghargaan pengelola daerah paling toleran terbaik di Indonesia versi Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB itu.
Dedi mengungkapkan, gagasan memberikan ruang yang sama kepada seluruh pemeluk agama dalam mendapatkan hak dasarnya di dunia pendidikan itu, tiada lain sebagai kelanjutan dari implementasi pendidikan berkarakter yang diberlakukannya sejak tahun 2008 lalu.
Awalnya, para siswa beragama Islam diminta mendawamkan atau membiasakan diri melakukan ritual salat dhuha dan mengaji Al-quran bersama setiap hari sebelum masuk sekolah dan memulai jam belajar. "Nah, sekarang, kami ingin siswa pemeluk agama lain pun melakukan ritual agamanya di jam yang sama dan dilakukan di sekolah," tutur Dedi.
Jam pengamalan ritual keberagaman agama tersebut dimulai jam 06.00 hingga 06.30. Bahkan, jika ada siswa yang memeluk ajaran keyakinan leluhur, semisal Sunda Wiwitan atau Kejawen, dia pun siap menyediakan fasilitasnya.
Pemerintah Kabupaten Purwakarta akan menyediakan guru buat semua pemeluk agama untuk membimbing para siswa dalam mengkaji kitab suci agama masing-masing. "Pokoknya pendidikan dan pengajaran agama secara khusus dan yang sesuai kurikulum akan bersinergi dengan baik," ujar Dedi.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purwakarta, Rasmita Nunung Sanusi, mengatakan saat ini ruang-ruang ibadah buat pemeluk agama minoritas di setiap sekolah mayoritas, masih sedang diupayakan. Baru ada beberapa sekolah yang dijadikan proyek percontohan. Antara lain SMPN 1 Purwakarta. "Sebab, di SMPN 1 itu baik fasilitas mau pun guru ruhaninya sudah komplit," katanya.
Kepala Sekolah SMPN 1 Purwakarta, Heri Wijaya, mengapresiasi penujukan sekolahnya sebagai proyek percontohan program keberagaman agama yang berorientasi menciptakan suasana saling menghargai agama dan kepercayaan yang dianut oleh para siswanya. "Kebetulan, ruang peribadatan dan para guru ruhaninya sudah ada semuanya. Jadi, kami sangat siap untuk melaksanakannya," ujar Heri.
Tokoh Katholik Purwakarta, Zakarias Kayus, menyambut baik kebijakan keberagaman agama di sekolah tersebut. "Saya pikir ini yang pertama di Indonesia," ujarnya. Pemeliharaan keberagaman agama di Purwakarta harus menjadi contoh bagi daerah lain, karena sangat positif. "Suasana damai bisa tercipta."
NANANG SUTISNA