TEMPO.CO, Subang - Dilihat sepintas, Cucu, gadis berkebutuhan khusus yang kini sudah menginjak usia 22 tahun, warga Dusun Sangkali, Desa Sukasari, Kecamatan Binong, Subang, Jawa Barat, masih tampak seperti anak berusia belasan tahun. Wajahnya tirus, badannya kurus, kaki dan tangannya pun lemah nyaris tak bisa bergerak.
Sesekali, dia mengesot jika ingin pindah posisi duduk atau tidur. Sebuah kursi roda pemberian seorang dermawan seakan tak berguna. Sebab, hanya sesekali kursi itu digunakan. Itu pun jika ada orang yang mengangkat Cucu untuk duduk di kursi roda tersebut dan mendorongnya.
Alhasil, Cucu—yang tak bisa bicara dan lumpuh sejak lahir—lebih suka duduk di teras atau di atas selembar tikar butut yang biasa dipakainya. "Sehari-hari, Cucu hanya begini: duduk dan tiduran," kata Ahmad, tetangga Cucu yang menemaninya di rumah kakaknya, Cica dan Yadi, yang tampak sederhana.
Ahmad mengaku terbiasa mengasuh Cucu jika Cica, kakak kandung Cucu, dan Yadi, kakak iparnya, sedang bekerja di sawah atau berkebun atau ketika ada keperluan keluarga. Sejauh ini, Cucu tak banyak mengeluh meski kondisi badannya sangat ringkih.
"Paling kalau mandi, ganti baju, dan makan, dia minta dibantu kakaknya," ujar Ahmad. Menebak Cucu sedang bungah dan sedih bisa dilihat dari gestur badan dan raut mukanya. "Kalau sedang senang, biasanya ia menggerak-gerakkan tubuhnya sambil bergumam," Rifai, tetangga lainnya, menimpali.
Rifai mengaku keluarga Cucu tak mengetahui jelas penyakit yang diderita gadis itu. Sebab, sampai sekarang belum ada catatan medis yang bisa menjelaskannya. "Yang jelas, dia lumpuh sejak lahir," tutur Rifai.
Rifai mengungkapkan, sebelumnya Cucu nyaris tak pernah dibawa berobat ke puskesmas ataupun rumah sakit karena ketiadaan biaya. Namun sekarang, setelah sejumlah media massa lokal dan nasional memberitakannya, Cucu sesekali dibawa ke puskesmas buat memeriksakan kesehatannya.
Berat badan Cucu kini paling 25 kilogram. Padahal, jika kondisi kesehatannya normal, Cucu sudah menjadi gadis dengan berat badan sekitar 45 kilogram. Tingginya pun kini hanya 1,05 meter.
Beruntung, Cucu masih doyan makan. "Kalau selera makannya sih bagus," ucap Rifai. Mewakili keluarga, dia berharap ada dermawan yang mau memeriksakan Cucu ke rumah sakit besar supaya bisa diketahui jenis penyakit yang dideritanya.
Selain itu, Rifai berharap ada dermawan yang membiayai kebutuhan sehari-hari Cucu. Sebab, jika hanya mengandalkan penghasilan kakaknya sebagai pekerja serabutan yang sudah memiliki satu anak, kehidupan Cucu tak akan terjamin.
Akhirnya, buat memenuhi kebutuhan sehari-hari, Cucu harus mengais rezeki dengan mengemis di pinggir jalan di dekat rumahnya dengan modal selembar tikar butut dan sebuah ember kecil.
NANANG SUTISNA