TEMPO.CO, Semarang - Badan SAR Nasional (Basarnas) Kantor Semarang mengimbau para remaja tak sembarangan melakukan swa-potret (selfie atau welfie) di sungai. “Saat selfie, terkadang mereka tak sadar ada banjir bandang,” kata Kepala Humas Basarnas Kantor SAR Semarang Zulhawary Agustianto, Selasa, 1 November 2016.
Imbauan itu disampaikan karena banyak korban hanyut di sungai akibat berswafoto. Di antaranya Abdul Haris, Ainun Najib, Agus Mulyadi, dan Muhammad Mahfud Saifudin yang berswafoto bersama saat menyeberangi Sungai Kutho seusai latihan pencak silat pada Ahad sore, 30 Oktober 2016.
Haris dan Najib, 16 tahun, sempat bergandengan tangan saat menyeberang sungai untuk berswafoto. Namun, saat menyeberang balik, pegangan tangan Haris dan Najib terlepas kemudian keduanya hanyut. Arus sungai deras, sedangkan kedua korban tidak bisa berenang.
Dua korban siswa Madrasah Aliyah Muallimin Kendal itu baru ditemukan pada Selasa, 1 November 2016. Tim SAR gabungan dari personel Koramil, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kendal, Palam Merah Indonesia, Sarda Jawa Tengah, dan Kepolisian Sektor Gringsing mencari korban di sepanjang aliran sungai. “Korban ditemukan pukul 08.15 di dasar sungai oleh pencari pasir,” ujarnya. Korban kedua ditemukan 30 menit kemudian, tak jauh dari korban yang sebelumnya ditemukan. Jenazah dibawa ke Puskesmas Gringsing, Kabupaten Kendal.
Korban hanyut di sungai akibat swafoto bukan kali ini saja. Pada Maret lalu, enam remaja hanyut di bawah jembatan Kebun Binatang Tinjomoyo, Kota Semarang. Tiga di antaranya selamat setelah terseret beberapa meter dari terjangan arus deras. Tiga lainnya hanyut, tapi tertolong warga tak jauh dari lokasi swafoto.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Semarang mengeluarkan larangan menggelar kegiatan di alam bebas (outdoor) selama musim hujan. “Saya sudah meminta sekretaris daerah mengirimkan surat edaran kepada perguruan tinggi untuk meniadakan sementara kegiatan semacam itu,” tutur Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu. Larangan tersebut juga disampaikan ke sekolah-sekolah.
Larangan dikeluarkan setelah seorang mahasiswa Universitas Negeri Semarang hanyut terseret arus sungai saat mengikuti kegiatan lingkungan. “Kondisi cuaca sekarang ini harus diwaspadai,” kata Hevearita.
EDI FAISOL