TEMPO.CO, Kendari - Gempa berkekuatan 4,3 skala Richter mengguncang Kota Kendari dan sekitarnya pada Minggu, 30 Oktober 2016, pukul 12.45 WIT.
Secara merata, gempa dirasakan di 64 kelurahan. Namun guncangan kuat dalam skala intensitas II SIG-BMKG (III MMI) terasakan di beberapa daerah, seperti Kecamatan Kendari, Sambuli, Lambo, Ammusu, Awoliki, dan Tambua.
Data BMKG, episenter gempa terletak pada koordinat 3,86 Lintang Selatan dan 122,34 Bujur Timur atau 28 kilometer barat laut Kota Kendari dari kedalaman 10 kilometer.
Akibat gempa, ratusan warga berhamburan keluar rumah. "Di rumah saya, jam dinding dan piring di rak berjatuhan. Saya dan keluarga langsung berhamburan keluar rumah," kata Saleha, warga Kelurahan Mandonga, kepada Tempo, Minggu siang.
Kepanikan tidak hanya terjadi di wilayah permukiman. Berdasarkan informasi yang diperoleh Tempo, warga yang berada di pusat perbelanjaan merasakan guncangan yang kuat. Mereka berteriak dan berlarian keluar gedung.
"Semuanya berteriak gempa-gempa. Saya juga melihat ibu-ibu gendong anaknya sambil berlari mencari pintu keluar," ujar Vina, warga Kendari.
Ditinjau dari kedalaman hiposentrum, lindu ini merupakan gempa dangkal dari aktivitas sesar aktif Lawanopo. Sesar ini mendatar mengiris (sinistral strike-slip) yang berarah barat laut–tenggara dan memanjang sekitar 260 kilometer dari utara Malili sampai Tanjung Toronipa.
Ujung barat laut sesar ini menyambung dengan sesar Matano. Sementara ujung tenggara bersambung dengan sesar Hamilton yang memotong sesar naik Tolo (Tolo Thrust).
Sesar ini disebut Lawanopo karena jalurnya membelah dataran Lawanopo. Sesar ini masih aktif hingga sekarang, dan terbukti hari ini membangkitkan gempa yang mengguncang Kota Kendari dan sekitarnya.
Hingga saat ini belum terjadi gempa susulan. "Masyarakat di daerah pesisir Kendari diimbau agar tetap tenang karena gempa ini tidak berpotensi tsunami," kata Kepala Stasiun Geofisika Kendari, Rosa Amelia.
ROSNIAWANTY FIKRI