TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi melaporkan, sebelas penambang emas tanpa izin di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, hingga hari kelima belum terdeteksi keberadaannya.
Meski demikian, tim pencari (SAR) gabungan terus melakukan upaya pencarian korban dengan cara melakukan penyedotan air dan lumpur yang menutup lobang dengan menggunakan 14 pompa.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan tim SAR gabungan juga telah mencoba menjangkau dengan masuk lubang, tapi tidak mampu menjangkau korban karena lubang sempit dan masih penuhi air.
“Apabila tetap tidak kering, pada hari ini akan dikerahkan alat berat untuk melakukan evakuasi,” kata Sutopo dalam pesan tertulisnya Sabtu, 29 Oktober 2016.
Kejadian tersebut berawal saat sebelas penambang emas melakukan penambangan dengan membuat lobang jarum sedalam 30-50 meter di Desa Sei Macang, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin, pada Senin, 24 Oktober 2016, pukul 16.00 WIB.
Saat mereka sedang menambang, hujan turun dan membuat air serta lumpur masuk lubang peti. Akhirnya, mereka terjebak di dalam lobang.
Sebelas korban yang saat ini belum juga ditemukan itu adalah Tami 45 tahun, Yongtok (30), Siam (28), Hamzah (55), Jurnal (21), Lukman (34), Guntur (34), Sito (25), Zulfikar (25), Herman (53), dan Erwin (44).
Pada 26 Oktober 2016, Danrem 042 GAPU dan Wakil Kepala Kepolisian Daerah Jambi telah melakukan peninjauan lapangan sekaligus memberi arahan. Bupati Merangin juga telah menetapkan masa tanggap darurat untuk pencarian selama tujuh hari sejak 24 Oktober hingga 30 Oktober 2016 dan akan diperpanjang selama tujuh hari apabila korban belum ditemukan.
Dalam proses pencarian itu, beberapa pihak juga telah memberikan bantuan kepada keluarga korban, termasuk BNPB yang memberikan bantuan tanggap darurat sebesar Rp 200 juta yang disampaikan secara simbolis kepada Bupati Merangin oleh Kepala Subdirektorat Perencanaan Darurat BNPB Gatot.
Sayangnya, hingga saat ini, posisi korban belum dapat terdeteksi dengan tepat. “Posisi lubang jarum berada di bawah aliran sungai, sehingga air tetap menggenangi walaupun sudah dipompa,” ucap Sutopo.
DESTRIANITA