TEMPO.CO, Palembang -- Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Selatan, menjelaskan inflasi September mencapai 4,37 persen atau lebih tinggi dibanding bulan Agustus. Dari data pertiga bulan, komoditi penyumbang inflasi meliputi cabai merah, tomat sayur, beras, mie kering instant, dan minyak goreng.
Menyikapi hal itu, Mukti Sulaiman, ketua TPID yang juga menjabat sebagai Sekretaris Daerah Sumsel, meminta seluruh SKPD di lingkungan Pemprov Sumsel melakukan identifikasi dan pemetaan peningkatan Inflasi Provinsi Sumsel untuk mengetahui penyebabnya. "Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan harus memberikan stimulus kepada para petani untuk merangsang petumbuhan produksi," kata dia, Senin, 24 Oktober 2016.
Sedangkan komoditas yang mengalami deflasi seperti bawang merah, gula pasir, wortel, dan telur ayam. Mukti Sulaiman, saat memimpin rapat koordinasi lanjutan TPID Sumsel di ruang rapat kantor perwakilan Bank Indonesia Palembang, menambahkan TPID Sumsel akan menjalin kerjasama dengan Kamar Dagang Indonesia (KADIN) untuk menekan komoditi penyumbang inflasi.
"Saat ini Sumsel berada diperingkat 5 terendah diantara 10 provinsi diwilayah Sumatera dan lebih tinggi dari inflasi kumulatif nasional (1,97) persen."
Sementara, kepala perwakilan Bank Indonesia Sumsel, Hamid Ponco Wibowo, mengatakan rakor TPID juga membahas estimasi inflasi menjelang akhir tahun. Biasanya, diperkirakan ada kenaikan harga di pasaran sehingga resiko inflasi lebih tinggi. Menurutnya, secara tahunan kalender inflasi Sumsel mencapai 2,42 persen lebih tinggi dibanding tahun 2015 dengan inflasi 1,17 persen, untuk bulan september 2016 mencapai 4,37 persen lebih tinggi dibanding bulan Agustus 2016. "Cabai masih menjadi penyumbang inflasi terbesar," kata dia.
PARLIZA HENDRAWAN