TEMPO.CO, Bandung - Gempa berkekuatan magnitudo 6,3 di Laut Jawa, Rabu, 19 Oktober 2016, dapat dirasakan getarannya di Sumatera. "Gempanya dirasakan dari Padang sampai Bali," kata Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rabu, 19 Oktober 2016.
Muncul dari kedalaman 654 kilometer dari arah 120 kilometer timur laut Subang, Jawa Barat, lindu terjadi pukul 07.25 WIB. BMKG mencatat episenter gempa berada di titik 5.29 Lintang Selatan dan 108.00 Bujur Timur.
Gempa pada skala berbeda, rata-rata II pada skala intensitas gempa BMKG atau III MMI, dirasakan di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Padang. "Variasi besarnya kekuatan guncangan sangat dipengaruhi kondisi tanah setempat," ujarnya.
Dengan kedalaman 615 kilometer, kata Daryono, gempa tersebar dalam spektrum sangat luas. "Gempa ini termasuk klasifikasi kuat. Namun, karena sumbernya dalam, jadi tidak berpotensi merusak dan tidak berpotensi tsunami," tuturnya.
Gempa dalam dengan hiposenter melebihi 300 kilometer di Laut Jawa disebut Daryono sebagai fenomena menarik karena sangat jarang terjadi. Secara tektonik, zona Laut Jawa terletak di zona pertemuan lempeng yang memiliki keunikan tersendiri. Sebab, di wilayah ini, Lempeng Indo-Australia menyusup curam ke bawah Lempeng Eurasia hingga kedalaman sekitar 625 kilometer.
Jika ditinjau dari kedalaman hiposenter gempa yang terjadi serta mekanisme sumbernya berupa sesar turun (deep normal), aktivitas yang terjadi sangat mungkin masih dipengaruhi gaya tarikan slab ke bawah. Dalam hal ini, gaya tarikan lempeng ke bawah (slab pull) lebih dominan karena pada kedalaman Zona Transisi Mantel bagian bawah terjadi ketidakseimbangan gaya yang dipengaruhi gaya apung lempeng (slab buoyancy) dan dominasi ada pada gaya menarik lempeng ke bawah.
ANWAR SISWADI