TEMPO.CO, Bandung - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil berniat mengembalikan sebutan Kota Bandung sebagai kota sepeda. Menurut pria yang akrab disapa Emil ini, pada zaman kolonial, warga Kota Bandung lebih banyak menggunakan sepeda.
"Mari kita rebut kembali Bandung sebagai kota sepeda. Bandung sudah terebut sebagai kota mobil. Padahal zaman dulu, tahun 1930-an, Bandung adalah kota sepeda," ujarnya saat ditemui di Pendapa Kota Bandung, Jumat, 14 Oktober 2016.
Pria lulusan University of California, Berkeley, Amerika Serikat, ini menambahkan, negara-negara Eropa, yang kebanyakan negara maju, mulai meninggalkan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi.
"Di negara maju, seperti negara-negara Skandinavia, sudah tidak naik mobil lagi, sudah terlalu mainstrem. Mereka ganti naik sepeda. Semakin kaya orang di sana, mereka justru pakai sepeda," tuturnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Emil memerintahkan jajarannya, terutama Dinas Perhubungan Kota Bandung, untuk mengkampanyekan bersepeda ke generasi muda usia sekolah.
"Tugas pemerintah mengkampanyekan, menyamankan, dan menyiapkan infrastruktur. Tugas anak-anak mengkampanyekan di level anak sekolah. Makanya saya suruh mereka kampanye motret selfie pakai sepeda. Mudah-mudahan karena anak-anak lebih paham dan mudah mengerti akselerasi, Bandung Kota Sepeda bisa jauh lebih cepat," katanya.
Alasan Emil mengampanyekan bersepeda ke anak-anak usia sekolah karena mereka lebih mudah diedukasi. "Mengedukasi orang dewasa susah. Mereka tidak mudah menangkap nilai dan mengubah gaya hidup. Jadi strateginya, kalau generasi bapaknya enggak bisa, investasi di tingkat anak," ujarnya.
Peminat Bike to School di Kota Bandung ternyata cukup banyak. Salah satunya Annisa Saad Mahfudz, siswi kelas 9 SMP Negeri 39 Bandung. Meski berbusana muslim dan berhijab, Annisa tidak pernah merasa ribet menggunakan sepeda ke sekolah. Setiap pukul 06.30 WIB, dia sudah mulai mengayuh sepedanya dari rumahnya di Cigondewah menuju ke sekolah. "Jaraknya lumayan. Sampai sekolah jam tujuh kurang sepuluh. Setiap hari pakai sepeda," katanya.
Annisa menambahkan, dia sering mengajak teman-temannya di sekolah untuk mengikuti jejaknya bersepeda ke sekolah. Tapi banyak jawaban dari teman-temannya yang justru meremehkan. "Kata mereka, naik sepeda kayak anak kecil. Mereka lebih milih naik sepeda motor," ucapnya.
Yunan, 15 tahun, juga bersepeda ke sekolah. Pelajar kelas 9 SMP Negeri 39 ini juga mengaku lebih senang memakai sepeda daripada kendaraan lain. "Kalau pakai sepeda motor kan menambah polusi. Kalau pakai sepeda, mengurangi polusi," katanya.
Selain mewajibkan murid sekolah, Dinas Perhubungan Kota Bandung mewajibkan pegawainya meninggalkan kendaraan pribadi setiap Jumat. Untuk itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung Didi Ruswandi membuat komunitas bersepeda bernama “Jadi Kasep”. “Jadi Kasep itu kepanjangannya Jajaran Dishub Kayuh Sepeda,” kata Didi saat ditemui di Pendapa Kota Bandung, Jumat.
Saat ini, pegawai Dishub Kota Bandung yang ikut dalam komunitas Jadi Kasep mencapai 40 orang. Tidak hanya setiap Jumat, mereka bahkan bersepeda ke kantor ataupun berpatroli keliling Kota Bandung dengan mengayuh sepeda. "Sekarang anggota komunitas Jadi Kasep lebih dari 40 orang. Mereka bersepeda setiap hari," ujarnya.
PUTRA PRIMA PERDANA