TEMPO.CO, Bandung - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil melarang penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan di Kota Bandung, terhitung tanggal 1 November 2016. Pria yang akrab disapa Emil ini mendorong para pengguna styrofoam agar beralih menggunakan wadah makanan berbahan dasar kertas atau karton yang lebih ramah lingkungan.
"Karton (tahan air) ini sudah ada untuk susu. Sebenarnya alternatif itu ada dan di luar negeri sudah biasa," kata Ridwan Kamil di Balai Kota Bandung, Jumat, 14 Oktober 2016.
Lebih lanjut Ridwan Kamil menambahkan, tidak hanya untuk makanan siap saji saja, pelarangan ini berlaku untuk industri makanan instan yang selama ini menggunakan styrofoam.
"Untuk yang sifatnya industri saya minta dalam waktu dua minggu Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Kota Bandung menghadap pada kantor yang memproduksi (stryrofoam) itu, untuk memindahkan dari styrofoam ke karton," jelasnya.
Ridwan Kami menjelaskan, payung hukum yang akan digunakan sebagai dasar pelarangan styrofoam adalah Peraturan Daerah (Perda) Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan, serta Undang-undang nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan. Lantaran pada dua peraturan tersebut tidak menyebutkan secara spesifik tentang styrofoam, maka untuk saat ini pelarangan tersebut masih berbentuk edaran.
"Tapi sifat pelarangannya imbauan dari Wali Kota. Karena tidak ada spesifik yang menyebut styrofoam di perundangan maka tidak menggunakan instrumen khusus itu. Jadi lebih kepada imbauan," akunya.
Soal sanksi, Ridwan Kamil akan berlaku tegas. Menurut dia, sanksi yang akan diberikan kepada para pengusaha yang membandel adalah pencabutan izin usaha di Bandung setelah tiga kali diberi peringatan. "Harus mengikuti norma-norma perilaku bisnis di Kota Bandung," ujarnya.
Ridwan Kamil berharap imbauan untuk tidak lagi menggunakan styrofoam untuk wadah dan kemasan makanan diikuti oleh semua pihak. Pasalnya, selain untuk menjaga kesehatan warga Kota Bandung, larangan tersebut juga dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah sulit terurai yang di dominasi oleh styrofoam dan kantong keresek.
"Alternatifnya ada dan sudah jadi hal biasa. Hanya tinggal mengubah cara pikir dari yang biasa gampang ke sesuatu yang butuh efort sedikit. Tapi salah satu yang jadi perhatian sampah di Bandung sering bikin mampet dan macet saluran biasanya styrofam dan keresek," katanya.
PUTRA PRIMA PERDANA