TEMPO.CO, Malang - Total luas hutan mangrove di Indonesia adalah 25 persen dari keseluruhan hutan mangrove dunia yang tersebar di 90 ribu kilometer garis pantai. Namun laju kerusakan hutan mangrove di Indonesia merupakan yang tercepat dan terbesar di dunia.
Hal itu dikemukakan Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati) M.S. Sembiring dalam workshop mangrove di Universitas Brawijaya Malang, Kamis, 13 Oktober 2016.
Mengutip data Food and Agriculture Organization (FAO) pada 2007, Sembiring menjelaskan, dalam tiga dekade terakhir, Indonesia kehilangan sekitar 40 persen luas hutan mangrove. Kerusakan hutan mangrove lebih banyak akibat alih fungsi menjadi tambak, permukiman, industri, dan perkebunan.
Bukan saja akibat alih fungsi lahan mangrove, tapi juga akibat pembalakan liar. Kayu mangrove dicuri untuk dijadikan material bangunan, kapal, batu arang, dan kayu bakar. “Termasuk akibat pembuangan limbah industri yang mematikan tanaman mangrove,” katanya.
Menurut Sembiring, Indonesia memiliki 43 jenis tanaman mangrove. Namun kekayaan hayati itu terus mengalami kerusakan. Padahal hutan mangrove berfungsi untuk menahan gelombang laut ataupun tsunami. Juga mencegah terjadinya intrusi air laut dan erosi.
Sembiring mengatakan hutan mangrove juga menjadi habitat aneka jenis ikan, kepiting, dan biota laut lain. Untuk itulah perlu dilakukan workshop untuk menyusun rencana aksi secara nasional demi menyelamatkan hutan mangrove yang tersisa. “Penyelamatan hutan mangrove melibatkan para pihak yang berkepentingan untuk melestarikan mangrove,” ujarnya.
Kepala Sub-Direktorat Reboisasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Joko Pramono mengatakan hutan mangrove yang tersisa sekitar 3,7 juta hektare. Terbanyak berada di Jawa, Papua, dan Kalimantan. Sekitar 2,5 juta hektare dalam kondisi baik. Selebihnya rusak.
Joko sependapat kerusakan hutan mangrove antara lain akibat alih fungsi hutan mangrove. Di antaranya dijadikan tambak udang. Pembalakan liar juga ikut merusak hutan mangrove.
Joko mengajak semua pihak, termasuk perusahaan swasta, masyarakat, akademikus, dan lembaga swadaya masyarakat ikut terlibat memulihkan kawasan hutan mangrove. Kerusakan hutan mangrove bisa menjadi penyebab terjadinya bencana alam, seperti abrasi dan erosi, yang menggerus daratan. “Hal itu sudah terjadi di sejumlah daerah di Jawa Tengah.”
EKO WIDIANTO