INFO NASIONAL - Ada yang berbeda saat memasuki Lobby Sinta East Mall Grand Indonesia kali ini. Seratus foto potret para pekerja seni Indonesia ditampilkan dalam ukuran besar. Ada potret Didi Ninik Towok yang begitu ekspresif. Potret Sundari Soekotjo, penyanyi keroncong era 80-an bersanding dengan putrinya Intan Soekotjo sebagai penerus keroncong, juga potret Erwin Gutawa, sang komposer, bersama putrinya Gita Gutawa yang memilih jalur tarik suara.
Inilah cara unik merayakan 3 tahun keberadaan Galeri Indonesia Kaya (GIK) sebagai sebuah ruang publik edutainment seni budaya pertama di Indonesia yang kekinian.
Baca Juga:
"Kami ingin sesuatu yang berbeda. Gerakan sosial I AM INDONESIA yang digagas Oscar melalui kain Nusantara ini pun kami wujudkan dengan merangkul para seniman yang pernah tampil di GIK menjadi satu gerakan budaya bersama bagi seni pertunjukan Indonesia, terutama kebanggaan menjadi orang Indonesia," kata Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian dalam konferensi pers yang digelar Senin, 10 Oktober 2016.
Menurut dia, gerakan ini diharapkan juga mampu menginspirasi para pekerja seni lainnya untuk bergabung dan berkarya di GIK. Saat ini, melalui program Ruang Kreatif, GIK akan menampilkan para mentor ahli di dunia seni pertunjukan. "Jadi yang senior bisa berbagi ilmu, dan yang ingin belajar seni kita buka jadwal workshop secara gratis. Karena ternyata kita juga kekurangan seniman di dunia pertunjukan," ujar Renitasari.
Kenyataannya, kata dia, memang tak mudah mengumpulkan 100 seniman terkenal dengan kesibukan yang berbeda dan tinggal tersebar di berbagai tempat. Awalnya, sekitar 50 seniman terpilih. Lalu bertambah menjadi 100, sehingga jadwal pemotretan sehari diubah menjadi tiga hari yang dilakukan pada pertengahan September lalu.
Baca Juga:
Hal serupa juga dialami desainer Oscar Lawalata. Selama proses tersebut, dia fokus pada kepribadian para seniman agar sesuai dengan karakter masing-masing. "Merancang baju mewakili karakter ini berbeda dengan rancangan fashion show. Saya banyak bermain imajinasi," tuturnya.
Sejak berdiri 3 tahun lalu, GIK telah dikunjungi lebih dari 300 ribu penikmat seni dan menyaksikan sekitar 1.000 pertunjukan yang dipadu konsep kekinian. Bahkan lebih dari 300 pekerja seni terlibat dalam beragam kegiatan seni, seperti tarian, teater monolog, pertunjukan musik, pameran, diskusi, dan workshop yang digelar di ruang publik edutainment seni budaya berbasis digital pertama di Indonesia.
Awalnya, GIK dibentuk atas keprihatinan yang sama semakin memudarnya seni pertunjukan di Tanah Air. Lalu, Bakti Budaya Djarum Foundation menginginkan adanya ruang publik dalam berkesenian. Keterlibatan Djarum Foundation dalam berkesenian sudah dilakukan pada 2002, tapi terlibat aktif sejak 2010.
Kini, di auditorium yang berada di lantai 8 ini setidaknya bisa melepas dahaga tersebut. Setidaknya seniman dan penonton bisa menikmati pertunjukan dengan nyaman dan tanpa dipungut biaya.
Dalam pameran foto yang berlangsung hingga 23 Oktober ini, fotografer Glenn Prasetya menampilkan potret para seniman dengan rancangan pakaian warna putih dari kain tenun dan bahan lokal. Seratus seniman, lintas generasi, beragam genre, dan berbeda usia ini memang menarik diulas. (*)