TEMPO.CO, Yogyakarta - Yogyakarta menggelar Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2016 sebagai upaya mempertahankan predikat Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia. Acara ini akan dilaksanakan pada 12-16 Oktober 2016 dengan rangkaian acara berupa simposium di Hotel Royal Ambarukmo dan Jogja Expo Center serta lokakarya batik di Imogiri.
“Supaya predikat itu tidak dicoret. Syaratnya, ada event batik untuk menunjukkan aktivitas dunia batik di Yogyakarta tidak mati,” kata Wakil Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Daerah Istimewa Yogyakarta Syahbenol Hasibuan kepada Tempo, Senin, 10 Oktober 2016.
Syahbenol menjelaskan, predikat itu dikukuhkan Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council/WCC) saat peringatan 50 tahun organisasi itu di Dongyang, Provinsi Zhejiang, Cina, pada 18-23 Oktober 2014.
Maka, Dekranasda DIY pun bersama pemerintah DIY merancang acara berskala internasional dua tahun sekali, yang baru kali ini diselenggarakan. Sedangkan acara tahunan yang telah berlangsung antara lain Jogja Fashion Week. “Tiap empat tahun sekali predikat itu dievaluasi WCC,” ujarnya.
Ketua Panitia JIBB 2016 Didik Purwadi menjelaskan, dalam rangkaian acara Batik Biennale, akan dilakukan kunjungan ke museum batik di Keraton Yogyakarta dan di Museum Ulen Sentanu di Sleman.
Ada tujuh pemateri dari luar negeri yang dihadirkan. Mereka berasal dari Jepang, Malaysia, Kuwait, Cina, Jerman, Thailand, dan Singapura. Pemateri akan bercerita tentang batik yang ditemukan di tiap negara.
“Termasuk soal penemuan teknologi pewarnaan batik dengan lintang warna di beberapa negara,” ujar Didik. Acara ini terbuka untuk umum.
PITO AGUSTIN RUDIANA