Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pendaki Asal Depok di Gunung Semeru Sempat Tampak Pucat

image-gnews
Pemandangan pagi d kawasan Ranukumbolo, awan kabut terlihat di sekeliling danau. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur, 16 Mei 2015. Tempo/Fajar Januarta
Pemandangan pagi d kawasan Ranukumbolo, awan kabut terlihat di sekeliling danau. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur, 16 Mei 2015. Tempo/Fajar Januarta
Iklan

TEMPO.CO, Malang - Sahat M. Pasaribu sempat terlihat sangat pucat dan linglung sebelum meninggal di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) pada Sabtu dini hari tadi, 8 Oktober 2016. Sejumlah kawannya sebelumnya juga melihat kondisi kesehatan pendaki asal Depok berusia 23 tahun itu sempat memburuk.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Balai Besar TNBTS Antong Hartadi. “Dari laporan yang kami terima dari kawannya (Luki Prasetia), korban meninggal karena sakit,” kata Antong, Sabtu, 8 Oktober 2016.

Antong kemudian menjelaskan awal kedatangan rombongan Sahat dan 12 rekannya di Kantor Resor Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Ranupani di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, pada Rabu siang lalu. Ranupani menjadi pos perizinan dan pengecekan bagi semua pengunjung alias menjadi pos pertama dari sepuluh rute pendakian ke Semeru yang berada di ketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Setelah melakukan registrasi dan mengikuti briefing, serta makan siang, mereka meninggalkan Ranupani pada pukul 16.00 WIB. Pukul 21.30 WIB rombongan tiba di Ranu Kumbolo, pos keempat yang menjadi basecamp peristirahatan yang berjarak 10 kilometer dari Ranupani dan berada di ketinggian 2.390 mdpl. Mereka berbagi tugas mendirikan tiga tenda, memasak, dan kemudian beristirahat di sana.

Rombongan melanjutkan perjalanan ke Kalimati pada Kamis, 6 Oktober, pukul 11.00 WIB. Sampai di Cemorokandang—pos keenam di ketinggian 2.500 mdpl dan berjarak 11,5 kilometer dari Ranupani dengan vegetasi cemara gunung—rombongan terbagi dua.

Luki Prasetia melakukan pendakian lebih. Sedangkan 12 anggota rombongan lainnya menyusul dan mereka tiba di Kalimati pukul 16.00 WIB. Di basecamp peristirahatan yang berada di ketinggian 2.800 mdpl dan berjarak 14,9 kilometer dari Ranupani ini mereka kembali mendirikan tenda untuk beristirahat di sekitar pondok pendaki. Pukul 7 malam mereka makan di dalam tenda masing-masing saat kondisi cuaca sedang gerimis dan angin bertiup kencang.

Pada hari Jumat, 7 Oktober, pukul 01.00 WIB, Luki bertanya pada kawan-kawannya apakah akan naik ke puncak Semeru atau tidak. Sepuluh orang membatalkan perjalanan ke puncak. Hanya Luki bersama Okky Rahmawati dan Dimas Regaeloni yang meneruskan pendakian ke Mahameru, nama puncak Gunung Semeru, pada malam dinihari itu. Mereka kembali bergabung di Kalimati pukul 9 pagi.

Saat itu Luki baru mengetahui kondisi kesehatan Sahat memburuk. Luki dan kawan-kawan mengira Sahat mengalami masuk angin karena dari kemarin muntah terus sehabis makan dan akhirnya ogah makan. Luki memaksa Sahat agar mau makan. Sahat pun diberi jamu dan satu siung bawang putih untuk dimakan agar tidak masuk angin.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sahat bersedia makan nasi, tempe, nugget, kentang, dan minum teh tawar panas. Tapi dia tetap muntah-muntah. Sahat kemudian diberi selimut blanket (terbuat dari plastik) untuk menghangatkan tubuhnya dalam posisi duduk.

Saat kawan-kawannya mengemasi barang-barang bawaan sebelum turun ke Ranupani, Sahat tidur di luar tenda dengan beralaskan tutup tenda (flysheet) dan menggunakan sleeping bag satu rangkap.

Pukul 12 siang, mereka bergerak menuju Ranupani. Namun, baru sekitar 200 meter dari pondok pendaki di Kalimati, persisnya di dekat plang penunjuk arah Kalimati, Sahat sudah tidak kuat berjalan.

“Kata kawannya yang melapor, sebelum meninggal korban sudah tampak pucat sekali, bengong, linglung, pandangan kosong, dan sudah tidak kuat berjalan. Beberapa anggota tim mencoba menggendong korban tapi hanya kuat sampai 15 meter saja,” kata Antong.

Akhirnya, kata Antong, tim memutuskan Luki bersama Okky dan Dimas untuk mencari bantuan ke Ranupani. Sedangkan sisa anggota rombongan berusaha membawa Sahat ke Jambangan, lokasi jalur pendakian ketujuh di ketinggian 2.700 mdpl yang didominasi pohon mentigi dan padang rumput atau sabana yang berjarak 13 kilometer dari Ranupani atau hampir 2 kilometer dari Kalimati.

Dalam perjalanan ke Ranupani, Luki meminta Okky dan Dimas untuk tinggal di Ranu Kumbolo dan mendirikan tenda, menanti kedatangan anggota rombongan lainnya. Luki kemudian melanjutkan perjalanan dan tiba di Ranupani pada pukul 5 sore dan lalu kembali bersama tim penolong.

ABDI PURMONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Longsor dan Banjir di Wilayah Gunung Semeru: 3 Tewas, 17 Jembatan Rusak, Akses Lumajang-Malang Terputus

5 hari lalu

Sejumlah warga melihat Jembatan Gondoruso di Kecamatan Pasirian yang terputus akibat banjir lahar dingin Gunung Semeru pada Jumat (19/4/2024). (ANTARA/VJ Hamka Agung Balya)
Longsor dan Banjir di Wilayah Gunung Semeru: 3 Tewas, 17 Jembatan Rusak, Akses Lumajang-Malang Terputus

Bencana banjir dan longsor yang dipicu intensitas hujan yang tinggi di wilayah Gunung Semeru menimbulkan korban jiwa dan merusak sejumlah fasilitas


Setidaknya 11 Jembatan di Lumajang Rusak Akibat Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

5 hari lalu

Pemerintah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Jumat (19/4), menetapkan masa tanggap darurat bencana hingga 2 Mei mengacu pada potensi cuaca buruk di kawasan lereng Gunung Semeru.
Setidaknya 11 Jembatan di Lumajang Rusak Akibat Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

Setidaknya ada 11 jembatan di Lumajang yang dilaporkan rusak akibat banjir lahar dingin Gunung Semeru.


3 Orang Meninggal Akibat Longsor dan Lahar Dingin di Kawasan Gunung Semeru

5 hari lalu

Sejumlah warga melihat Jembatan Gondoruso di Kecamatan Pasirian yang terputus akibat banjir lahar dingin Gunung Semeru pada Jumat (19/4/2024). (ANTARA/VJ Hamka Agung Balya)
3 Orang Meninggal Akibat Longsor dan Lahar Dingin di Kawasan Gunung Semeru

Satu warga meninggal akibat tertimbun material longsor dan dua warga meninggal akibat terbawa arus lahar dingin Gunung Semeru


Selain Erupsi Gunung Ruang, Aktivitas Lewotobi Laki-laki sampai Semeru dan Gamalama Sedang Naik

6 hari lalu

Visual Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, NTT, Kamis (18/4/2024). (ANTARA/HO-Badan Geologi)
Selain Erupsi Gunung Ruang, Aktivitas Lewotobi Laki-laki sampai Semeru dan Gamalama Sedang Naik

Aktivitas gunung berapi tidak hanya terjadi pada Gunung Ruang , tapi juga Lewotobi Laki-laki sampai Gamalama dan Semeru.


Jembatan yang Dilintasi Mendadak Putus, Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Lahar Dingin Gunung Semeru

6 hari lalu

Tangkapan layar - Sejumlah dump truck terjebak banjir lahar dingin Gunung Semeru di DAS Regoyo, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Minggu 3 Maret 2024. (ANTARA/HO-BPBD Lumajang)
Jembatan yang Dilintasi Mendadak Putus, Pasutri di Lumajang Tewas Terseret Lahar Dingin Gunung Semeru

Sepasang suami-istri menjadi korban lahar dingin Gunung Semeru. Mereka jatuh ke sungai saat jembatan yang mereka lintasi terputus.


Sungai Meluap Akibat Lahar Dingin Gunung Semeru, 32 Keluarga di Lumajang Mengungsi

6 hari lalu

Tangkapan layar - Sejumlah dump truck terjebak banjir lahar dingin Gunung Semeru di DAS Regoyo, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Minggu 3 Maret 2024. (ANTARA/HO-BPBD Lumajang)
Sungai Meluap Akibat Lahar Dingin Gunung Semeru, 32 Keluarga di Lumajang Mengungsi

Lahar dingin dari Gunung Semeru meningkatkan debot air daerah Sungai Regoyo di Lumajang. Warga sekitar mengungsi mandiri.


Warga Lumajang Evakuasi Mandiri Pasca Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

6 hari lalu

Banjir lahar dingin Gunung Semeru yang mengalami peningkatan debit airnya akibat hujan deras yang mengguyur puncak Gunung Semeru, Jumat, 7 Juli 2023. ANTARA/HO-Diskominfo Lumajang
Warga Lumajang Evakuasi Mandiri Pasca Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

Banjir lahar dingin itu menyebabkan debit air Daerah Aliran Sungai (DAS) Regoyo meluap hingga merendam permukiman warga pada Kamis, pukul 19.30 WIB.


Aktivitas Gunung Semeru Semakin Intens, Warga Diminta Waspadai Awan Panas, Guguran Lava dan Lahar

8 hari lalu

Gunung Semeru erupsi terpantau dari CCTV pada Sabtu, 23 Maret 2024, pukul 23.00 WIB. (ANTARA/HO-PVMBG)
Aktivitas Gunung Semeru Semakin Intens, Warga Diminta Waspadai Awan Panas, Guguran Lava dan Lahar

Badan Geologi masih mempertahankan status aktivitas Gunung Semeru berada di Level III atau Siaga dengan penambahan rekomendasi.


Letusan dan Awan Panas Gunung Semeru Terus Meningkat Sejak 2021, Ini Penjelasan Badan Geologi

9 hari lalu

Asap vulkanis yang keluar dari kawah Gunung Semeru terlihat dari Desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Jumat 16 Februari 2024. Bedasarkan data Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada periode pengamatan Jumat (16/2) pukul 06.00-12.00 WIB Gunung Semeru mengeluarkan material vulkanik dengan 19 kali gempa letusan atau erupsi amplitudo 10-22mm selama 83-130 detik, 7 kali gempa Awan Panas Guguran (APG) amplitudo 3-8mm selama 39-51detik. ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya
Letusan dan Awan Panas Gunung Semeru Terus Meningkat Sejak 2021, Ini Penjelasan Badan Geologi

Aktivitas vulkanik Gunung Semeru terus meningkat selama empat tahun terakhir. Badan Geologi menjelaskan sejumlah gejalanya.


Masalah Sampah di Kawasan Bromo Belum Sepenuhnya Bisa Diatasi, Ini Sebabnya

21 hari lalu

Sejumlah wisatawan melihat suasana Gunung Bromo di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Pasuruan, Jawa Timur, Senin, 1 Januari 2024. Bedasarkan data Balai Besar TNBTS pada Minggu (31/12), kunjungan wisatawan di wilayah tersebut mencapai 5.000 orang saat malam pergantian tahun 2024 . ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya
Masalah Sampah di Kawasan Bromo Belum Sepenuhnya Bisa Diatasi, Ini Sebabnya

Hingga sekarang belum ada peraturan mengenai penanganan sampah di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.