TEMPO.CO, Purwakarta - Bupati Purwakarta, Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengusulkan gerakan ketahanan pangan di jajaran Kodam III / Siliwangi. "Saya usulkan mulai dari tingkat Babinsa Desa, Koramil, Kodim memiliki satu lumbung padi," katanya seusai mengikuti acara defile pasukan dan alutsista acara HUT TNI Ke 71 tiingkat Kodam III / Siliwangi yang dipusatkan di Purwakarta, Rabu, 5 Oktober 2016.
Lumbung padi tersebut, ujar Dedi, nantinya dijadikan tempat penampungan gabah kering giling hasil pembelian setiap musim panen dari petan dengan harga pasar yang wajar. Gabah itu disimpan untuk dikeluarkan pada saat musim paceklik, saat harga gabah atau beras di pasaran tinggi dan kadang langka. "Berasnya dijual terutama kepada keluarga kurang mampu dengan harga yang terjangkau," kata Dedi.
Dengan begitu, kehadiran lumbung pangan TNI tersebut bisa memainkan dua peran, pertama sebagai stabilisator harga dan kedua menolong keluarga tidak mampu mengkonsumsi beras kualitas bagus tapi harganya murah.
Ia menegaskan bahwa prakarsa ketahanan pangan di jajaran TNI dengan membuat lumbung pangan oleh Babinsa di tingkat desa, Koramil di tingkat kecamatan dan Kodim di tingkat kabupaten tersebut, sama sekali tidak ditujukan buat menyaingi Bulog. "Kami, hanya ingin mengisi ruang yang masih kosong saja," tuturnya.
Baca: Kecam Kekerasan Terhadap Jurnalis, AJI Menyurati Presiden
Baca Juga:
Dedi menyatakan kesiapannya mengalokasikan dana buat gerakan ketahanan pangan TNI sebagai akselerasi dari program ketahanan pangan yang selama ini dijalin TNI dengan Kementerian Pertanian tersebut. "Berapa pun kebutuhannya, kami siap menyediakan dananya," tuturnya. Dananya dipastikan dialokasikan dari APBD.
Dedi mengungkapkan, sehebat apa pun sistem Alutsista yang dimiliki TNI, akan tetapi, kalau rakyat sebagai mitera strategis kemanunggalannya kelaparan, "Maka, alutsista tersebut tak akan berarti apa-apa."
Kasdam III/Siliwangi, Brigjen TNI Wuryanto, mengapresiasi wacana gerakan ketahanan pangan di jajaran TNI yang digagas Dedi tersebut. "Itu ide bagus. Kami siap mereponnya dalam waktu dekat," katanya.
Wuryanto mengungkapkan bahwa gerakan ketahanan tersebut sangat lekat dengan budaya Sunda yang tidak menjual padi seluruhnya buat menutupi berbagai kebutuhan keluarga jika musim panen tiba, tetapi, menyimpannya sebagian buat persediaan musim paceklik.
"Saat harga beras tinggi dan kadang langka di pasaran, kita masih punya cadangan pangan yang cukup," ujar Wuryanto. Ia menilai, gerakan ketahanan pangan di jajaran TNI juga akan mampu menahan laju sistem perekonomian pasar bebas yang terjadi saat ini yang sudah meninggalkan nilai-nilai budaya Sunda.
NANANG SUTISNA