TEMPO.CO, Bandung - Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Mochamad Mazid mengatakan, tengah menyiapkan sistem peringatan dini untuk mengantisipasi banjir Sungai Cimanuk di Garut. “Kami sedang mencoba melakukan studi untuk melakukan itu,” kata dia di Bandung, Selasa, 4 Oktober 2016.
Mazid mengatakan, sistem peringatan dini Sungai Cimanuk sudah ada di sejumlah lokasi di sungai itu tapi belum dibangun di kawasan hulu. Banjir Sungai Cimanuk di daerah hulu dua pekan lalu mengakibatkan kerusakan parah di kawasan perkotaan Garut. “Ada di beberapa titik tapi tidak semuanya,” kata dia.
Menurut Mazid, untuk mengantisipasi dampak banjir dalam waktu dekat, peringatan dini sementara yang bisa dibangun dengan berpijak pada curah hujan tinggi di kawasna hulu. “Ketika meliaht ukuran intensitas hujan demikian, harus segera kita infokan pada pemda setempat,” kata dia.
Mazid mengatakan, banjir bandang Sungai Cimanuk dua pekan lalu merupakan banjir yang terparah. “Ya, dari sisi korban, kemudian dari sisi debit air yang terjdi juga,” kata dia.
Dia mencontohkan, debit sungai yang tercatat di Bendung Copong, bendung untuk keperluan irigasi yang berada 3 kilometer setelah areal yang rusak parah akibat banjir bandang di Kota Garut itu, dirancang dengan debit maksimal 100 tahunan Sungai Cimanuk yakni 764 meter kubik per detik. Saat banjir bandang debit tercatat menembus 1.060 meter kubik per detik, di daerah lebih hilir lagi di Cipasang debitnya menembus 1.160 meter kubik per detik.
Mazid mengatakan, saat banjir bandang berlangsung, ketinggian air tercatat hampir 1 meter di atas tanggul Bendung Copong. “Banjir 100 tahun terlampaui,” kata dia. Kendati demikian, dia menjamin, Bendung Copong masih aman.
Banjir bandang yang melanda wilayah perkotaan Garut itu juga melimpas melewati tanggul yang ada di pinggiran Sungai Cimanuk. Tanggul sungai itu dirancang untuk menahan banjir Sungai Cimanuk untuk periode perulangan banjir 25 tahunan. “Kita siapakan untuk kapasitas debit sekitar 417 meter kubik per detik, untuk disain banjir 25 tahun. Fakta lapangan itu hampir 2 meter di atas tanggul kita,” kata Mazid.
Mazid mengatakan, akibat banjir bandang Garut dua pekan lalu, tiga tanggul di areal perkotaan Garut rusak. Pertama tanggul sungai di Sukakarya dan Kaum Lebak masing-masing rusak sepanjang 50 meter, lalu satu tanggul di Kikisik rusak sepanjang 200 meter. “Saat ini sudah ktia tangani tanggap daruratnya,” kata dia. Paling lama, dijadwalkan tiga minggu lagi perbaikan rampung.
Menurut Mazid, sejumlah permukiman warga yang masih berada di sepanjang bantara Sungai Cimanuk juga berpotensi terancam banjir limpasan sungai itu. Dia mengingatkan, aturan pemerintah melarang hunian di daerah bantaran sungai. “Negara sudah mengatur demikian, agar jauh dengan hunian masyarakat,” kata dia.
Mazid mengatakan, hunian warga yang rusak akibat banjir bandang Sungai Cimanuk itu sudah diminta untuk tidak boleh dihuni lagi. “Jangan dibangun, itu statetment Pak Menteri PUPR sendiri saat berkunjung ke lapangan. Bagi rumah yang sudah hancur dalam hal ini, tidak menjadi hunian lagi, harus direlokasi,” kata dia.
Di kesempatan terpisah, Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan, terhitung hari ini status tanggap darurat bencana banjir bandang Sungai Cimanuk di wilayahnya dicabut. “Kami berkeyakinan pencairan korban 19 orang lagi menurut Basarnas sudah tidak efektif,” kata dia di Gedung Sate, Bandung, Selasa, 4 Oktober 2016.
Rudy mengatakan, saat ini ada 2.525 orang pengungsi yang kini menempati beberap tempat dan bangunan milik pemeirntah. “Besok ada rapat dengan Kementerrian PUPR untuk menentukan di mana lokasi yang akan digunakan untuk Rusunawa dan rumah tapak, kami sudah menyiapkan tanahnya dan sedang berkoordinasi dengan pemerintah pusat,” kata dia.
Menurut Rudy, pemerintah Garut menerima bantuan untuk peanganan tanggap darurat banjir bandang dari pemerintah provinsi Rp 6,5 miliar. Dana itu diantaranya dipergunakan membeli peralatan Rontgen, alat kesehatan, ambulan, hingga kegiatan sekolah.
Rudy mengatakan, selepas dihentikan status tanggap darurat bencana, penangan pasca bencana akan memasuki fase Rekonstruksi dan Rehabilitasi (RR). “Kami selanjutnya akan masuk dalam rangka RR yang akan dilakukan mulai hari Kamis besok,” kata dia.
AHMAD FIKRI