TEMPO.CO, Jakarta - Penangkapan yang dilakukan polisi terhadap pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng, Taat Pribadi, di Kabupaten Probolinggo pada Kamis, 22 September 2016, mengingatkan kita pada penangkapan Gatot Brajamusti di Mataram, Lombok, pada 28 Agustus 2016.
Keduanya diduga melakukan tindak pidana kriminal. Taat diduga terlibat dalam tindak pidana pembunuhan dan penipuan penggandaan uang. Sedangkan Gatot tertangkap tangan karena memiliki narkoba dan terakhir, diduga melakukan pemerkosaan anak di bawah umur.
Ada persamaan-persamaan lainnya antara Taat dan Gatot, yaitu:
1. Padepokan
Baik Taat dan Gatot atau pengikut-pengikutnya menggunakan kedok agama untuk menjalankan kegiatan kriminal mereka. Taat menjadi pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, dan Aa Gatot menjadi bos di Padepokan Baramusti di Jalan Cikiray, RT 04 RW 07 Kampung Rambay, Desa Sukamanah, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Baca juga: Heboh Gatot dan Dimas Kanjeng, Ternyata Ini Biangnya
2. Sakti
Taat dan Gatot atau para pengikutnya mengaku keduanya memiliki ilmu sakti mandraguna, Taat untuk melakukan penipuan penggandaan uang dan Gatot barangkali untuk memikat wanita-wanita yang diinginkannya. Bahkan keduanya mengaku berkawan akrab dengan jin. Gatot misalnya, mengaku ia kadang-kadang adalah jin atau uncle.
3. Pengikut
Taat dan Gatot sama-sama memiliki pengikut atau murid yang fanatik dan yang menakjubkan, di antara pengikut-pengikutnya itu adalah orang-orang yang terkenal, tokoh masyarakat.
Simak: Inilah 5 Saksi Kunci yang Lihat Pesta Seks Gatot Brajamusti
Pada kasus Taat, ada Marwah Daud Ibrahim yang merupakan doktor lulusan Amerika Serikat, mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, serta pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Islam dan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia.
Pada kasus Gatot, sebut saja ada artis Elma Theana dan penyanyi Reza Artamevia.
4. Istri
Baik Taat maupun Gatot diketahui memiliki lebih dari satu istri. Bahkan khusus Aa Gatot, padepokannya lebih banyak dihuni para wanita.
5. Modus
Keduanya menggunakan modus tepa-tepu yang membuat sebagian orang terjerat. Taat, yang mengaku memiliki ilmu untuk menggandakan uang, menggunakan sistem multilevel marketing (MLM) dalam praktek penipuannya. Perekrutan dengan sistem gaet-menggaet orang itu mengenakan tiap orang harus menyetor Rp 25 juta.
Sedangkan Gatot menggunakan narkoba, yang disebutkan sebagai makanan jin atau aspat, untuk memikat hati dan mengikat para pengikutnya.
Akademikus dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra, menilai maraknya kasus dugaan penipuan dan pelecehan berkedok agama, seperti yang dilakukan Gatot Brajamusti dan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, merupakan sebuah gejala kultus.
Simak: Marwah Daud Ibrahim Bandingkan Dimas Kanjeng dengan Habibie
"Ini disebut sebagai kultus yang dipimpin con man (penipu), orang yang menyalahgunakan kepercayaan orang lain kepadanya," kata Azyumardi kepada Tempo, Kamis, 29 September 2016.
Azyumardi menjelaskan, pengkultusan masih terjadi di masyarakat karena terjadi krisis karakter. Banyak yang menempuh jalan instan dalam menyelesaikan masalah, seperti utang-piutang, ambisi politik, dan jabatan.
Azyumardi mengatakan muncul penipu atau con man dengan menciptakan kultus untuk membangun karisma melalui penampilan, kepintaran berbicara, dan retorika menggunakan argumentasi agama.
"Membuat orang-orang tersebut percaya atau taklid buta sehingga merasa yakin dengan hal-hal yang too good to be true, seperti menggandakan uang," ujarnya.
GRACE S. GANDHI
(Sumber: Tempo, PDAT, Antara, dan sumber lainnya)
Terpopuler:
Heboh Gatot dan Dimas Kanjeng, Ternyata Ini Biangnya
Dituding Bikin Pecah Demokrat, Ahok: Kamu Pusing Amat
Rayuan Bos Polisi ke Jessica Wongso: Kamu Tipe Saya Banget
Ternyata Ini Alasan Mario Teguh Dilarang Bicara di Media
Diminta Ibas Mundur, Ruhut: Demokrat Partai Terakhirku