TEMPO.CO, Jakarta - Setelah tahun lalu menjadi tamu kehormatan, tahun ini Indonesia kembali berpartisipasi di Frankfurt Book Fair yang akan digelar di Frankfurt, Jerman, 19-23 Oktober 2016. Di pameran buku internasional terbesar dan tertua itu, Indonesia akan memamerkan 300 judul buku hasil pilihan tim kurator independen.
Keterlibatan Indonesia di Frankfurt Book Fair mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Badan Ekonomi Kreatif, dan Komite Buku Nasional. "Kami ingin melakukan dukungan yang lebih luas," kata Sekertaris Jendral Kemendikbud, Didik Suhardi, Kamis, 29 September 2016.
Steering Comittee Komite Buku Nasional Goenawan Mohamad mengatakan kehadiran Indonesia di Frankfurt Book Fair tahun ini atas undangan dari Presiden Frankfurt Book Fair. "Tahun lalu Indonesia telah berhasil memukau Presiden Frankfurt Book Fair, Juergen Boss dan para pengunjung lainnya, dengan performa karya seni yang ditampilkan, walau target untuk penjualan buku tidak tercapai," kata Goenawan.
Goenawan menjelaskan, di sana juga akan dilakukan jual beli hak cipta yang langsung dilakukan oleh co-exhibitor dan para agen penerbit. "Kita akan membawa Indonesia yang kontemporer, kreatif, dan plural. Bukan hanya Indonesia yang eksotis," ujar Goenawan.
Tahun ini, Indonesia hadir di tiga venue, yakni Stand Nasional, Stand Buku Anak, dan Agora tenda khusus untuk Indonesia. Juga ada lima panggung yang akan diisi sejumlah narasumber.
Selain memamerkan karya literasi dan seni lainnya, Komite Buku Nasional juga akan mengirim 20 delegasi termasuk 10 penulis terbaik Indonesia, untuk mendapatkan pengalaman dan pelatihan penulis di beberapa negara. Delegasi yang menghadiri Frankfurt Book Fair di antaranya Laksmi Pamuntjak, Eka Kurniawan, dan Seno Gumira Ajidarma.
"Kita berharap, selain menulis, para penulis juga dapat networking, dan berkolaborasi," ujar Ketua Buku Nasional, Laura Prinsloo.
Ada beberapa negara yang menjadi tujuan untuk para penulis terpilih tersebut mendapatkan ilmu barunya. "Antara lain ada di Belanda, Jepang, Filipina, dan Prancis," jelas Laura.
Setelah melakukan residensi di negara tujuan, para penulis diwajibkan membawa karya mereka ke Indonesia. "Jika tidak membawa karya, akan di blacklist dan tidak diikut sertakan lagi dalam kegiatan ini di tahun berikutnya," ujar Laura.
CHITRA PARAMAESTI