TEMPO.CO, Bojonegoro - Memasuki musim hujan, 10 kecamatan dari total 28 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, berpotensi mengalami tanah longsor. Daerah potensi tanah longsor berada di Bojonegoro bagian selatan, yang lokasinya berada di pinggir hutan dan dataran tinggi.
Menurut juru bicara Pemerintahan Kabupaten Bojonegoro, Heru Sugiharto, rilis soal waspada tanah longsor di 10 kecamatan di kabupaten ini merupakan bagian dari peringatan dini. Untuk itu, warga yang kebetulan tinggal di pinggir perbukitan dan hutan, juga kawasan anak Sungai Bengawan Solo, tetap waspada. “Inti penting untuk peringatan dini,” ujarnya kepada Tempo, Rabu, 28 September 2016.
Data potensi tanah longsor datang dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro atas rujukan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Adapun 10 kecamatan yang berpotensi mengalami tanah longsor itu adalah Kecamatan Ngambon, Temayang, Tambakrejo, Sugihwaras, Bubulan, Malo, Margomulyo, dan Purwosari—berlokasi di Bojonegoro bagian selatan dan barat daya—serta Kecamatan Kasiman dan Trucuk, yang berlokasi di bagian barat dan utara Kota Bojonegoro.
Sesuai dengan rujukan BPBD Bojonegoro dan Forum Peduli Bencana Indonesia Bojonegoro, terdapat beberapa ciri-ciri potensi tanah longsor, di antaranya sumur-sumur penduduk tiba-tiba kering, meski sebelumnya terisi air. Juga adanya bangunan tinggi, pohon besar, serta tiang listrik mendadak terlihat miring. Dan, yang terlihat jelas, sungai yang biasanya mengalir deras tiba-tiba arusnya mengecil, bahkan berhenti.
“Itu panduan sederhana, ciri-ciri akan ada tanah longsor,” kata Heru.
Menurut Heru, ciri-ciri tersebut telah disosialisasi bukan hanya di 10 kecamatan, tapi juga di 28 kecamatan di Bojonegoro.
Pemerintah Kabupaten Lamongan menyiapkan anggaran Rp 375 miliar untuk rehabilitasi jaringan irigasi di Waduk Gondang dan Prijetan. Tujuannya agar dua waduk terbesar di Lamongan ini bisa menangkap air saat musim hujan serta memperlancar area pertanian.
“Ya, kami merehabilitasi dua waduk itu,” ujar Bupati Lamongan Fadeli, dalam rilis yang diterima Tempo, Rabu, 28 September 2016.
SUJATMIKO