TEMPO.CO, Mataram - Gunung Barujari, anak gunung Rinjani, meletus satu kali pada pukul 14.45 waktu setempat, Selasa, 27 September 2016. Tinggi letusan mencapai sekitar 2.000 meter. Arah debu letusan mengarah ke barat daya.
Menurut petugas Pos Pengamatan Gunung Rinjani, Mutaharlin, karena letusannya hanya satu kali, dampak debunya tidak terlalu mengkhawatirkan. “Hanya satu kali. Suaranya pasti mengagetkan,” katanya kepada Tempo melalui telepon, Selasa, 27 September 2016.
Menurut Mutaharlin, letusan itu merupakan rangkaian proses letusan pada Oktober 2015. Waktu itu, Barujari meletus selama sekitar sepuluh hari dan berdampak ditutupnya penerbangan di Bandara Internasional Lombok.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Nusa Tenggara Barat Muhammad Rum meminta BPBD Lombok Utara, BPBD Lombok Tengah, dan BPBD Lombok Timur mewaspadai keadaan kawasan di bawah Gunung Rinjani. “Kami siaga 24 jam,” ujarnya.
Saat ini BPBD telah menyiapkan tenda pengungsian. Selain itu, masing-masing kabupaten menyiapkan 5.000 lembar masker, BNPB NTB 55 ribu lembar, dan Dinas Kesehatan NTB 250 ribu lembar.
Muhammad Rum juga menyebutkan adanya ratusan pendaki Rinjani yang sedang berada di kawasan pegunungan itu. “Karena itu, kami minta pendaki menjauhi Gunung Barujari.”
Selama 2016, Barujari telah beberapa kali meletus. Pada 1 Agustus 2016, gunung itu tiga kali meletus dalam satu hari, sehingga mengakibatkan ditutupnya Bandara Internasional Lombok. Letusan itu akibat gempa bumi di barat laut Dompu. Pada Juli lalu pun, Barujari meletus. ''Barujari stres setelah sebelumnya meletus,'' kata Mutaharlin. Stres itu disebabkan oleh gempa.
SUPRIYANTHO KHAFID