TEMPO.CO, Jakarta - Pertarungan perebutan kursi Bupati Barito Kuala, Kalimantan Selatan, akan menghadapkan keluarga bupati yang berkuasa sekarang dengan dua penantangnya. Keluarga bupati itu adalah sang istri sebagai calon bupati dan keponakannya sebagai calon wakil bupati.
Hasanuddin Murad tidak bisa lagi maju dalam pemilihan karena sudah dua periode menjadi Bupati Barito Kuala, yakni pada 2007-2012 dan 2012-2017. Istrinya, Noormiliyani A.S., yang kini Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kalimantan Selatan, maju dalam pemilihan dengan menggandeng keponakan sendiri, Rahmadian Noor—yang juga anggota DPRD Barito Kuala.
Dua pasangan lain adalah Hasan Ismail-Fahrin Nizar dan Bahrian Noor-Suwandi. Noormiliyani-Rahmadian diusung Partai Golkar. Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa mengusung Bahrian-Suwandi. Adapun koalisi gemuk partai parlemen, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Hanura, bersepakat mengusung Hasan-Fahrin.
Rahmadian mengakui bahwa dia adalah keponakan Hasanuddin. "Ibu saya, Hajah Mawarti, adalah kakak kandung Pak Hasanuddin,” katanya kepada Tempo, Minggu, 25 September 2016.
Rahmadian mengklaim Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar mengusung dia dan Noormiliyani berdasarkan petunjuk pelaksana penetapan pasangan calon kepala daerah. Dari empat kali survei yang dihelat tiga lembaga independen, kata Rahmadian, elektabilitas dan popularitas dia dan Noormiliyani konsisten di urutan pertama dan kedua.
“Pak Setya Novanto komitmen mengusung pasangan calon berdasarkan elektabilitas tertinggi dan prioritas kader Partai Golkar. Kebetulan saya dan Ibu (Noormiliyani) kader Golkar,” tuturnya.
Pengamat politik dari Universitas Lambung Mangkurat, Gazali Rahman, mengatakan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada memberi ruang bagi hubungan kekeluargaan untuk mencalonkan diri karena hak politik setiap warga negara. Tapi Gazali mengingatkan bahwa sikap semacam ini cenderung membangun dinasti politik dan kurang beretika.
“Sah-sah saja, tapi tidak menyehatkan perkembangan demokrasi itu sendiri. Ini gejala menuju dinasti politik karena periode sebelumnya suami beliau (Bupati Hasanuddin),” ujarnya.
“Kemungkinan masih kuat (Noormiliyani dan Rahmadian Noor) ini. Di Batola, pemilih dari kelas sosial menengah ke bawah masih banyak daripada kelas menengah atas,” katanya.
DIANANTA P. SUMEDI
Berita lainnya:
Siapa Lawan Berat Ahok-Djarot? Ini Perhitungan PDIP
Kondisi Kesehatan yang Bisa Menggagalkan Calon dalam Pilkada DKI
Mengejutkan, Gadis Ini Berkedip Setelah 300 Tahun Kematiannya