TEMPO.CO, Bandung - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Haryadi Wargadibrata mengatakan, mulai besok akan memperluas areal pencarian korban meluapnya Sungai Cimanuk di Garut dengan menyusuri sungai itu hingga Sumedang.
“Kalau sampai Wado di Sumedang belum selesai, target akhir mau nggak mau di Waduk Jatigede di Sumedang,” kata dia saat dihubungi Tempo, Jumat, 23 September 2016.
Haryadi mengatakan, pencarian akan diperluas menyusuri aliran sungai Cimanuk dari Garut hingga Waduk Jatigede Sumedang karena mendapati sejumlah korban meninggal terseret banjir ditemukan hingga puluhan kilometer. “Ada yang terseret sampai 30 kilometer, sungai itu mengalir terus ke Sumedang, sampai Jatigede,” kata dia.
Menurut Haryadi, pencarian korban banjir hari ini pun sudah melibatkan anjing pelacak karena khawatir ada yang tertimbun dalam gulungan lumpur di pinggiran sungai. Pencarian pun mulai besok akan diperluas hingga Sumedang. “Lumayan jaraknya. Nanti kita akan menyisir pakai perahu, kayak, mungkin ada yang pakai helikopter tapi menunggu komando Basarnas,” kata dia.
Luberan banjir Sungai Cimanuk di sejumlah lokasi ada yang meluap hingga belasan meter. “Di salah satu jembatan, airnya naik ke atas padahal tingginya 15 meter dari titik air normalnya,” kata dia.
Menurut Haryadi, penanganan tanggap darurat bencana banjir Garut saat ini masih berkonsentrasi pada pencarian korban hilang. Hingga saat ini, sudah 26 orang ditemukan, dan diduga masih 27 orang hilang. “Ini kan air bah, korban banyak yang terseret air,” kata dia.
Dia mengklaim, logistik barang kebutuhan pengungsi mencukupi. “Cuma pendistribusian ini mesti di cek. Kita akan coba cek lagi,” kata dia.
Bagi warga yang hendak mengirim bantuan, Haryadi menyarankan sejumlah barang kebutuhan bayi, anak-anak, dan perempuan yang relatif kurang. Tanggap darurat penanganan bencana banjir Garut sudah memsuki hari ketiga dari tujuh hari yang disediakan untuk pencarian korban.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, pemerintah provinsi bersama pemerintah daerah setempat sudah terjun menangani korban banjir Garut sejak hari pertama kejadian banjir yang berlangsung hanya dua jam pada 20 September 2016 malam. “Insya Allah penanganan bencana berjalan baik. Tenda tersedia, logistik tidak ada masalah, tentu yang menjadi pekerjaan rumah kita mencari yang masih hilang,” kata dia di Bandung, Jumat, 23 September 2016.
Aher, sapaan Ahmad Heryawan, mengatakan bersamaan dengan proses pencairan korban hilang, pemerintah daerah mulai membicarakan soal huniar warga korban banjir yang selamat. “Untuk hunian ke depan sudah dibicarakan dengan Kementerian Sosial dan kami dari provinsi. Hunian sementara akan segera di buat, hunian tetap segera di koordinasikan, mudah-mudahan segera selesai penyelesaian jangka pendek dan jangka panjangnya,” kata dia.
Menurut Aher, salah satu opsi yang dibicarakan adalah mengganti hunian warga yang rusak oleh banjir Garut dengan rumah susun. “Salah satunya kami sediakan rusun, tapi mekanismenya harus dibuat dulu. Harus didata dulu siapa yang berhak. Persoalannya kalau rusun tersebut mencukupi lain cerita, kalau tidak mencukupi ada yang tersisa yang tidak masuk rusun, harus ada mekanisme yang disepakati,” kata dia.
Aher mengatakan, penggunaan rusun yang kini digunakan warga untuk menetap sementara menjadi hunian tetap warga pun masih harus dibicarakan bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. “Rusun tersebut statusnya masih milik pusat dan pada akhirnya akan dihibahkan pada Kabupaten Garut,” kata dia.
AHMAD FIKRI