TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan banjir bandang yang terjadi di Garut pada Senin lalu telah menghancurkan sejumlah sekolah.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, 11 sekolah dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, hingga sekolah menengah atas mengalami kerusakan.
“Kegiatan sekolah pada hari pertama pasca-bencana libur. Sedangkan pada hari kedua dilakukan pemanfaatan gedung secara bersama-sama,” kata Sutopo dalam keterangan tertulis, Kamis, 22 September 2016.
Sutopo menuturkan setidaknya ada dua sekolah yang rusak parah, yaitu SDN Sukaratu 1 Banyuresmi dan SMP PGRI. Sedangkan sekolah lain masih tetap menggunakan bangunan sekolah masing-masing. Akibat banjir bandang itu, total kerugian atas kerusakan sekolah diperkirakan mencapai Rp 1,4 miliar.
Kepala BNPB Willem Rampangilei memberikan arahan terkait dengan masalah pendidikan, misalnya membangun tempat darurat untuk sekolah. BNPB telah mengirimkan bantuan pakaian sekolah kepada anak-anak yang terkena dampak banjir bandang. Adapun prioritas utama posko tanggap darurat berfokus pada pencarian dan penyelamatan korban yang belum ditemukan serta pelayanan kebutuhan dasar bagi 433 pengungsi.
Banjir bandang di Garut dipicu hujan dengan intensitas tinggi di daerah hulu pada Senin lalu sekitar pukul 22.00 WIB. Banjir bandang lebih dulu melanda Desa Mulya Sari, Kecamatan Bayongbong, dan berlanjut ke Kecamatan Tarongong Kidul, Garut Kota, hingga Cibatu. Daerah yang paling parah dilanda banjir bandang adalah Desa Haurpanggung, Kelurahan Sukakarya, Kecamatan Tarogong Kidul, serta Kelurahan Sukamentri dan Kelurahan Paminggit, Kecamatan Garut Kota.
LARISSA HUDA